Jumat, 06 Mei 2011

Cerita Akhir si Burung Dodo

Tidak, bukan ini eraku, begitu teriak burung dodo di salah satu pulau di dalam kepulauan New Zealand yang menyadari kalau dirinya adalah burung dodo.

Ah tidak kenapa Tuhan menciptakanku di saat yang tidak tepat, disaat burung dodo hanya sekedar pengisi cerita pengtar tidur.

Jaman telah berubah, tidak ada yang patut disalahkan. Satu-satunya burung dodo terakhir yang hidup di salah satu pulau di dalam kepulauan New Zealand mendadak mengetahui jati dirinya bahwa sebenarnya dialah burung dodo terakhir, sebelumnya dia hanya beranggapan kalau dirinya adalah burung perancah yang bongsor. Betapa amanat yang luar biasa berat untuk diembannya, mengubah status punah menjadi "sangat" terancam punah. Tapi sepertinya, tahun depan atau tahun depannya atau bahkan tahun depannya status tidak akan pernah berubah, "punah".

Pulau itu tak begitu luas dan tak begitu buruk, sebuah pulau yang dihiasi oleh penginapan-penginapan kelas atas untuk orang-orang kelas atas menikmati suasana alam yang nyaman di belahan bumi selatan telah menjadikan pulau yang dulunya hanya ditumbuhi semak an hutan-hutan kecil menjadi lebih eksotik, nampaknya pujian pulau eksotik hanya berlaku untuk orang-orang kelas atas, tidak bagi burung dodo dan burung-burung migran dan perancah lainnya.

Begitu antusias sekali pemilik penginapan menembaki setiap burung yang terbang di atas penginapannya, dengan dibantu Doti, si anjing beagle, si pemilik menembaki burung-burung yang mendekati penginapannya, bahkan lima atau sepuluh meter sebelum menyentuh batas udara kawasan penginapannya. Si Doti dengan patuhnya memunguti bangkai-bangkai si burung yang tewas karena sebuah peperangan kecil mempertahankan teritori.

Tragis memang, sebuah pulau yang seharusnya berisi binatang-binatang liar dan rimba-rimba kecil, justru beruah menjadi gemerlap. Malam bukan waktu tidur bagi penghuni hutan kecil yang masih tersisa di pulau itu dan siang bukanlah waktu yang tepat untuk mencari makan. Serba salah nampaknya, apalagi bagi burung dodo yang tidak bisa bergerak lebih jauh lagi seperti kawan-kawannya burung perancah ataupun burung migran.

Setiap hari, suara bising mesin pembangkit listrik kecil dan suara riuh tamu-tamu penginapan mengalahkan suara sayup-sayup angin pantai dan damainya suara dedaunan yang saling bergesekan. Stress, sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh penghuni liar pulau itu, apalagi melihat kawan-kawannya berserakan di atas tanah penuh darah tertembus timah panas. Tiap hari semakin sedikit saja burung yang melewati kawasan udara penginapan pulau itu, bagaikan perang, mereka mengalami kekurangan pasukan. Bagi pemilik penginapan, kondisi ini sungguh luar biasa, minimal dia tidak akan membuang dollarnya lebih banyak hanya untuk membeli timah-timah panas.

Untung bagi si burung dodo yang tinggal tdak jauh dari penginapan mewah, hanya mungkin lima belas meteran di antara semak-semak agak tinggi. Tidak ada seorang turis pun yang tahu kalau dia adalah burung dodo, burung dengan status punah saat ini, bahkan pengelola penginapan pun tidak ada yang tahu. ketika si burung dodo menampakkan batang hidungnya di hadapan turis, mereka menganggapnya hanyalah seekor angsa yang kesasar atau seekor ayam bongsor santapan penginapan yang lepas. Nampaknya inilah keuntungan bagi si burung dodo, tidak ada seorang pun yang memburu burung dodo terakhir.

Nampaknya bukan suatu keuntungan lagi, pemilik hotel berencana menggusur semak-semak dan hutan kecil terakhir di pulau yang letaknya tidak jauh dari belakang penginapan. Semak-semak dan hutan kecil itu nampaknya hanya akan menjadi kisah yang tidak akan dikenang, sebentar lagi bahkan, tinggal menunggu waktu.

Tak disangka, kisah itupun terjadi juga. Malam ini, dua orang petugas penginapan nampak sedang mengukur kawasan semak-semak dan hutan kecil di pulau di kepulauan New Zealand. Si burung Dodo tampaknya telah terlelap dalam kehangatan angin pantai, dia tidak tahu menahu ada gerak-gerik orang penginapan. Lima menit berselang dari tiba-tiba dua orang itu berlarian masuk ke halaman belakang penginapan. Entah apa yang mereka sedang lakukan. Lima menit kemudian tiba-tiba semak-semak manjadi begitu terang, bahkan sangat terang, disertai percikan-percikan api dan suara menggelegar.

Tak berapa lama, mungkin sepuluh menit tiba-tiba suasana menjadi gelap lagi dengan disertai bau kayu terbakar dan bau daging panggang. Tampakanya habis sudah kisah semak-semak dan hutan kecil di belakang penginapan beserta kehidupan di dalamnya, termasuk si burung dodo yang kali ini sudah benar-benar menjadi ayam bakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar