Rabu, 30 November 2011

Kisah Si Kucing Belang Si Kucing Malang (rev)

Tidak seperti beberapa bulan yang lalu, saat ini jalan Rojokoyo dusun
Kesemek terlihat sepi. Jika beberapa bulan yang lalu masih dijumpai
makhluk-makhluk berkaki empat berseliweran di pinggir-pinggir jalan,
maka saat ini terlihat begitu berbeda, hampir tidak akan dijumpai
makhluk-makhluk itu. Jalan Rojokoyo hanyalah sebuah jalan kecil yang
lebarnya cuma cukup untuk dilewati satu mobil, meskipun sempit, jalan
itu sudah beraspal, tidak seperti jalan kampung kebanyakan. Jalan
Rojokoyo sebelumnya pernah dikenal sebagai jalan kucing dan juga jalan
pensiunan, lantaran sebagian besar warga yang tinggal di kanan kiri
jalan Rojokoyo telah berusia lanjut dan mereka sangat menghargai
kucing. Tampaknya segala macam kucing pernah hidup di sana.

------------------

Kucing di seberang jalan Rojokoyo itu secara fisik terlihat lemah
dengan jalan gontai, tampak rambut-rambut kucingnya sudah tidak
berbekas lagi, lebih mirip dengan seekor tikus got. Entah berapa
umurnya, mungkin sudah tua, tubuhnya kecil kurus seukuran anak kucing
umur lima bulan. Meskipun begitu, si kucing yang berwarna abu-abu
berpola belang itu sudah lama malang-melintang di dusun Kesemek,
terutama sekitar jalan Rojokoyo. Tidak ada yang tahu asal-muasal
kucing belang itu. Bahkan kakek nenek yang tinggal di ujung jalan
Rojokoyo pun tidak mengetahui secara pasti asalnya. Pasangan kakek
nenek itu pernah bercerita bahwa si kucing belang itu sudah hidup di
dusun Kesemek sejak mereka masih belia.

Si belang adalah maskot warga dusun yang tinggal di samping kanan kiri
jalan Rojokoyo, lantaran beberapa warga dusun menganggapnya mempunyai
kelebihan dibanding kucing-kucing lainnya. Pernah suatu hari, tepatnya
setahun yang lalu, musibah selalu silih berganti menimpa si belang,
diantaranya berulang kali keserempet sepeda motor, mobil, bus, dan
hampir terlindas truk pengangkut pasir di jalan raya antar kota yang
letaknya tidak jauh dari jalan rojokoyo, kurang lebih berjarak sekitar
satu kilometer. Walaupun musibah berulangkali menyapanya, si belang
tetap saja masih lincah berlarian seperti biasanya. Ajaib memang,
namun itulah kelebihan yang diberikan Pencipta untuk si belang. Kakek
nenek yang tinggal di ujung jalan rojokoyo tempat si belang tinggal
sering memanggil si belang dengan sebutan "Mbah" lantaran menurut
pasangan tua itu, si belang atau Mbah mereka anggap telah berumur
sangat tua, bahkan lebih tua dari mereka, selain itu keajaiban si
belang-lah yang telaah menjadi alasan lainnya.

Sudah sejak puluhan tahun lampau, warga dusun di sekitar jalan
Rojokoyo mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap kucing-kucing
jalanan, sehingga setiap hari selalu terlihat kucing baru yang
menghuni jalan Rojokoyo. Entah dari mana asal-muasal kucing-kucing
yang selalu berdatangan itu, misteri itu belum terungkap sampai saat
ini. Namun, beredar beragam kabar dari penghuni sekitar jalan
Rojokoyo. Salah satu cerita berasal dari nenek pemilik warung nasi di
dekat pertigaan jalan Rojokoyo, beliau berujar bahwa si belang-lah
yang selalu membawa kucing-kucing baru datang ke jalan Rojokoyo.
Cerita ini pun belum tentu benar. Kisah lain berasal dari kakek yang
menghuni rumah tua gaya Eropa yang letaknya tidak jauh dari gapura
jalan Rojokoyo, menurut beliau, jalan Rojokoyo di masa lampau adalah
sebuah kerajaan para kucing. Meskipun kebenaran cerita masih menjadi
tanda tanya, warga dusun tidak pernah meributkannya. Mereka tetap
menerima kehadiran kucing-kucing itu, dan mereka pun menganggap bahwa
semakin banyak kucing akan menambah pundi-pundi rejeki mereka.

Toleransi tampaknya telah menjadi cerita lama, saat ini, banyak warga
tua telah meninggal dunia, terutama dalam bulan ini, sehingga menjadi
bulan berkabung warga dusun Kesemek. Sekarang ini hanya tersisa tiga
orang warga tua. Seiring berkurangnya warga tua, berkurang pula
kesahajaan di dusun Kesemek. Keadaan ini diperparah dengan kehadiran
warga baru yang notabene tidak mempunyai ikatan apapun dengan dusun
Kesemek. Tepatnya dua minggu ini, banyak warga baru yang datang dan
tinggal di sekitar jalan Rojokoyo. Menurut desas-desus yang beredar,
mereka memilih tinggal di sana akibat harga rumah yang sangat murah.
Mereka menempati rumah-rumah tua yang sudah ditinggalkan penghuninya.

----------------------

Si belang, kucing yang dulunya pernah menjadi maskot kampung jalan
Rojokoyo, sekarang telah menjadi sampah dusun Kesemek. Hampir semua
warga baru di jalan Rojokoyo memperlakukan si belang dengan tidak
wajar, tidak ada yang berani mencegahnya, tiga orang warga tua
sekalipun. Dua hari yang lalu, penghuni rumah samping perempatan
menendang si belang dari lantai dua lantaran mereka menganggap si
belang mencuri daging ayam yang baru dimasaknya. Tidak hanya itu,
kemarin, penghuni rumah dekat warung nasi nenek yang tinggalnya dekat
pertigaan jalan Rojokoyo, seenaknya menendang si belang sampai jatuh
di tengah jalan Rojokoyo, dan malangnya sebuah sepeda motor melaju
kencang dan akhirnya menyerempet si belang, bulu yang bertebaran
memenuhi aspal jalan tidak menyebabkan nyawanya melayang. Tak hanya
itu, si pemilik rumah tersebut pagi tadi terlihat sempat menyiramkan
air panas ke tubuh si belang. Dan seorang pemilik rumah lain bahkan
sempat memukul punggung si belang dengan tongkat kasti, tidak hanya
sekali tetapi berulang kali, terlihat si belang hanya meringkukkan
tubuhnya tanpa mengerang, entah sakit atau tidak, tidak ada yang tahu.
Bagi si belang, peristiwa itu mungkin dianggapnya sebagai konsekuensi
atas perubahan jaman yang harus ikhlas dijalani. Seiring kejadian yang
menimpa si belang, kucing-kucing lainnya yang pernah merasakan
kedamaian di jalan Rojokoyo serta-merta menghilang dengan sendirinya.
Keadaan ini telah membuat nenek yang mempunyai warung nasi jatuh sakit
lantaran selalu memendam kepedihan dan kesedihan atas peristiwa yang
tengah terjadi di dusunnya itu, sehingga sejak kemarin si nenek dibawa
ke panti jompo yang letaknya agak jauh dari rumahnya.

Seperti yang pernah dikatakan oleh warga tua, si belang nampaknya
benar-benar memiliki kelebihan. Walaupun penganiayaan demi
penganiayaan menjadi makanan sehari-hari si belang, dia terlihat masih
bertahan hidup, hanya terlihat bagaikan seekor tikus got. Tampaknya
seiring hilangnya warga asli, kedigdayaan si kucing belang juga mulai
meredup.

1 komentar:

  1. wow...
    kok bisa ga kenapa2 yach, uda keserempet, digebugin, trus disiram air panas...

    BalasHapus