Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Juli 2014

Tinta Merah Menyala

Telah banyak yang kami coretkan
Di atas hamparan tanah hijau biru
Entah dengan tinta putih atau hitam
Atau  abu abu
Tetapi lebih banyak merah menyala
Membakar setiap hijau
Mencekik napas lepas
Merobek kilau biru

Hancur sudut semesta
Akibat aku kamu
Dan kita para khalifah
Yang tak malu
Akan karya menjijikkan

Tidakkah kalbu mengutuk
Atas tinta merah
Yang kita tebar selama hidup

Sadarkah ketika alam memeluk
Dengan segala keramahan
Langitnya teduh
Memecah setiap cucuran keringat
Yang jatuh
Anginnya mesra
Membelai setiap uban di rambut

Oh, inilah alam, kawan manusia
Hanya ingin memberi, tidak menuntut

Namun, tinta merah menyala yang telah kita coretkan
Duh Gusti, kami memohon ampunan Mu
Atas tingkah dan kesombongan
Terhadap hijau biru
Yang telah Engkau anugerahkan
Di bumi khatulistiwa laksana zamrud
Semoga kesalehan terhadap alam tertanam
Dan muncul
Di dalam setiap jiwa
Dan kalbu
Setelah berakhirnya bulan penuh rahmat

Lestari semoga terwujud
Untuk alam negeri Indonesia



Tangerang Selatan, 27 Juli 2014

Senin, 11 Juli 2011

harapan sang waktu

harapan malam akan siang, dan
siang pun mengharap malam
bukanlah absurd,
melainkan repetisi waktu
setiap saat, tidak kenal musim
baginya hanyalah impian kenyataan sebongkah asa
kala impian tiba,
masa gelap terang, dan terang gelap
melebur menjadi satu warna
dalam sebuah simbol gerhana
maka, malam mendekap siang,
dan siang pun membelai malam
sebuah masa istimewa dari sang pencipta
harapan impian siang untuk malam
dan malam untuk siang
adalah kenyataan harapan hati atasmu

bogor, 30 juni 2011

hijau biru

hijau biru,
bukan langit bukan pula bumi

hijau biru,
memadu kaki langit puncak nan megah halimun salak
takjubnya akal lantaran romantisme hijau biru
begitu selaras dengan mata angin
pun mesra mendekap kasih dua kepak garuda
di dahan pohon yang dedaunnya melebur dalam ragam rupawan

hijau biru,
wujud indahnya harmonisasi warna kehidupan 
begitu lekatnya,
halimun pun tak pernah mengusik
bahkan mendung pun enggan bersinggung

hijau biru, 
dua warna yang akan memeluk asa
dua jiwa makhluk muka bumi
yang corak rupanya tak akan pernah memudar
karena lestari adalah takdir dari sang khalik


bintaro, 12 juli 2011

Rabu, 22 Juni 2011

aku kamu manusia

aku kamu manusia
makhluk raut muka bumi
di penghujung kelok waktu
aku kamu
menapaki terjal tikungan tanah angan
dari dua sisi

esok pagi,
sebuah asa tentang aku kamu
bersama menyibak embun pagi ilalang ilalang tua
memuji cantiknya gede pangrango
membelai ramah anginnya

lihatlah,
ketika pelangi menghias puncak edelweis bersemayam
itulah keindahan abadi
layaknya erat dekapan mesra nurani antara dua makhluk raut muka bumi
apabila terang meredup, keindahan akan tetap sejati
karena dua warna akan menantang gelap
itulah asa, esok pagi
esok hari
aku kamu


bogor, 22 juni 2011

Rabu, 15 Juni 2011

bumiku sakit

tebang tebang hutan
gali gali tambang
bor dan bor minyak
terus robohkan, ambil dan terus sedot
habis cari lagi dan habiskan lagi
lazimnya fenomena negriku
di masa ini
eksploitasi bukan lagi tabu
sebuah kata masa kini untuk caplak caplak anjing berdarah biru

alam, sebuah kata yang sudah usang
ditinggalkan, dicaci dan dimaki
alam hanya untuk makhluk makhluk pinggiran
dan untuk ditertawakan di majelis majelis orang pintar
di negriku, alam sudah usang, kuno dan jadul
hijau biru telah berubah menjadi warna monoton
sedangkan,
kuning gersang telah menjelma menjadi warna yang cantik dan elok dipandang

alamku dan negriku,
mereka sungguh polos
digersangkan mereka tak menolak
dipunahkan silakan saja
alamku negriku bumiku disusupi makhluk makhluk patogen
sakit menjadikannya tidak bulat lagi


bogor, 16 juni 2011

Minggu, 05 Juni 2011

momong jiwa

di sana di singgasana batu pualam,
ratusan manusia tak berkepala bermodalkan hasrat
mukti menantang dewa
kicauannya pun merdu menghanyutkan malam

di sini ribuan bahkan jutaan burung pipit menari nari pilu di padang savana
menanti ilalang menjadi sawah menguning
tetapi asa hanyalah larangan
mereka cuma hiasan murahan sang pamomong
hanya savana yang membukakan mata
oh humanisme ini sungguh Absurd


bogor, 7 Oct 09

Selasa, 31 Mei 2011

kota kecil masa kecil

kota kecil masa kecilku
begitu terpinggir oleh peradaban hebat dunia
namun begitu indah
bagi jiwa jiwa yang pernah kau peluk
jiwa jiwa yang pernah menikmati peluhmu
oh, kota kecil masa kecilku
wajahmu masih semulus dahulu
ketika aku membuka mata mengenalmu
jejak langkah kaki kecilku masih kau simpan
di jalanan aspalmu yang semakin panas
di trotoarmu yang semakin sempit
di pasir pantai dan lumpur pematang sawahmu

oh, kota kecil masa kecilku
teduhnya angin lautmu masih sanggup memayungi jiwa jiwa yang semakin tua
oh, kota kecil masa kecilku
kami rindu masa itu
masa kanak kanak yang kau ajarkan
akankah kau berubah dalam mewahnya dunia
yang sebenarnya belum kau pahami
oh, kota kecil masa kecilku

rembang, 7 september 2010

Minggu, 29 Mei 2011

cabak dan tokek

erit jerit cabak,
tak kenal siang malam
tokek pun tak mau kalah
berlomba menggapai detik detik masa depan
perekat langit dan bumi
karena waktu dan kehidupanlah, mereka menjadi bermakna

cabak diam
tokek pun diam
bukanlah akhir kehidupan
karena mereka hanya sebagian
penghantar indahnya langit, bumi, dan waktu

rembang, 1 april 2011

Kamis, 26 Mei 2011

tapak untuk hijau biru

Kawan,
kita hanyalah manusia
yang berjalan menginjak tanah
menapak batu, dan
menjejak rumput
tapi
apakah kau merasakan
kegelisahan batu batu kali
kegelisahan rumput rumput berembun
kegelisahan kerbau yang berendam lumpur
kegelisahan sayap sayap perkasa
kegelisahan hijau dan biru
kegelisahan yang setiap waktu meledak
menyemburkan api
membakar kepolosan hati
menjadi arang arang asa
untuk membakar absurdnya kehidupan
kepala kepala tanpa akal
demi hijau birunya tanah batu yang kami tapak

bogor, 2 mar 2010

Selasa, 24 Mei 2011

bola mata cahaya

untuk sepasang bola mata cahaya
selamat menyusuri setiap sudut gelap,
jejakkan cakar-cakarmu di hitamnya pasir putih
yang menghampar luas
acuhkan kilau fajar menjelang
tetaplah bersinar bola mata cahaya
walau mentari lebih menyilaukan
tetaplah bersinar bola mata cahaya
terang hanya sekejap
berkediplah,
dan selamat bercengkerama dengan sang bulan dan bintang

bogor, 29 maret 2011

Minggu, 22 Mei 2011

Geliat Pagi

pagi adalah kalimat kehidupan, bukan rengekan celepuk jantan
ribuan nyawa menindih jagad tak tahu dimana sang raga
aksara buta menuntun menghina tatapan sang batara surya
pagi bukanlah absurd
bukan pula nyanyian metafor tanpa kata, pagi adalah peregang kilatan asa
ketika nyawa bersinggungan dengan jiwa, maka aksara benar benar bermakna
tak ada lagi umpatan sunyinya kebun tebu
tak ada pula badai di seberang laut 

bogor, 1 nov 09

Sabtu, 21 Mei 2011

hilang sudah

jaman telah berubah, 
namun hanyalah sebuah hiperbola akal 
makhluk alam hanya tumbal kemajuan
tak ada lagi kebebasan yang dapat dipijak
mereka tenggelam dalam keriuhan dunia balas membalas, 
seperti gunung salak yang tertimbun pekatnya malam 
dan bagaikan hujan meteor orionid yang dikalahkan awan mendung
tak ada yang peduli, 
hanya humanisme-alam dengan jiwa jiwa hijau yang peduli
sebuah ironi di negri batara surya

bogor, 23 oct 09

hujan malam ini

ketika hujan menghempaskan kelam, 
hargailah 
karena dia adalah lampiasan cemoohan alam
laju airnya menghapus kerentaan bumi
derap rintiknya bubarkan mimpi mimpi buruk makhluk bumi tak berdaya

bogor, 1 nov 09

negriku dalam sebuah coretan

negriku ini amatlah miskin
tanah dan airnya bukanlah tanah gemah ripah loh jinawi seperti cerita buku buku anak sekolahan
negri ini miskin gunung, miskin laut, miskin hutan, miskin sungai
negri ini negri gersang
karena inilah negri miskin gagasan
namun, amatlah kaya lisan

apakah bangsa ini ramah?
tidak, sama sekali tidak
kapankah bangsa ini pernah ramah
senyum dan santun
itu hanya cerita penghibur anak anak sekolah
yang lelah menghadapi masa depan
lihatlah betapa chaos bangsa ini
kebhinnekaan hanyalah simbol belaka
suku, agama, ras dan golongan yang dipilih
oh betapa buruknya negri ini
betapa bodohnya bangsa ini
sungguh absurd nusantaraku

bogor, 26 september 2010

hilang

bagaimana bisa kami tidur pulas
bagaimana bisa kami tertawa lepas
ketika kearifan-kearifan lokal direnggut oleh tangan-tangan abstrak
atas nama demokrasi barat
oh, malangnya kearifan lokal tanahku ini
hilang satu per satu
hilang semua kelak
menyisakan anak-anak yang benar-benar kehilangan
asal usul dan jati diri
bukankah nusantara ini punya nilai yang lebih agung
daripada demokrasi ala orang-orang berdasi

demokrasi nusantaraku adalah
demokrasi atas dasar kearifan lokal
demokrasi atas dasar nilai-nilai tradisi
demokrasi atas dasar budaya
demokrasi atas dasar adat-adat lokal
demokrasi dengan toleransi dan kekeluargaan yang sangat tinggi
itulah yang bisa membuat kami tersenyum

bogor, 1 desember 2010

Rabu, 18 Mei 2011

gadis kecil kawan kucing kecil

gadis kecil dengan kucing kecil
terlelap kala bulan masih muda
lantai toko teman ketiga
berpadu menghabiskan malam

gadis kecil tak beribu bapak,
berkawan kucing betina coklat tak bertuan
pulas kala ramai orang orang mencaci harapan
gadis kecil dan kucing betina kecil, menjelajahi waktu
pagi menjelang,
kaki kaki kecilnya menapaki suramnya harapan
polos melangkah maju tak hiraukan sandalnya setipis kain sutra
karena hidup adalah esok, bukan hari ini
ketika lelah menyapa, pejamnya mata adalah hiburan
malam orang tua sejati, bumi rumah kehidupan

gadis kecil dan kucing kecil, tertidur di pinggir toko beralaskan lantai
hampir diinjak oleh kaki kaki kokoh pengikut waktu
kadang tertendang,
namun tidak ada minat untuk berontak
karena lelah melunakkan hati
karena mereka bukan musuh
gadis kecil dan kucing kecil masih tertidur ditemani nafas sang malam
dingin ditengah hangatnya lampu lampu kota
sepi diantara renyahnya tawa dalam rumah rumah yang tak pernah terpikir olehnya
gadis kecil dan kucing kecil, hanya hidup untuk sepotong harapan hari esok
karena mereka tidak mati malam ini


bogor, 19 mei 2011

Selasa, 17 Mei 2011

kucing kucing malam

ribuan mata kucing melepas kepergian mata mata sayu
dalam gelapnya lelap
tajamnya menelisik bulu bulu kusam burung gereja
yang menyanyi sendu dalam riuhnya angin pagi
lihatlah betapa gontai langkahnya, menapak tidak menjejak pun enggan
limbung diterpa alunan  nafas pekerja pekerja berbadan tegap
terkoyak oleh taring taring mentari
sementara, tikus tikus selokan mendekap tawa
licik menikam akal yang meredup

tidak,
kau adalah kucing kucing malam
liarmu menyapa teka teki akal
gelap terang bukan masalah
kucing kucing malam sorot mata elang tajam cakar harimau
penuhi muka bumi dengan liarmu
hantam tikus tikus selokan bermata buram
kucing kucing malam lincah tubuh lutung
pijak dahan ranting terkuat
ujung pohon tertinggi pun tercapai
kucing kucing malam penakluk sepinya gelap sesaknya terang
gelap untuk sebuah imaji
terang untuk kenyataan imaji


bogor, 18 mei 2011

sajak keragaman

nusantaraku,
sungguh aku belum menjejak seluruh jiwamu
aku belum tau misteri tanah tanahmu
dikala umur dua generasi anjing anjing jalanan
aku hanya mendengar nyanyian absurd tentangmu
aku hanya melihat air mata terbaik menetes
menjadi kubangan kubangan babi hutan

tapi,
misteri jiwamu adalah kekayaan bumi ini
air dan tanah telah melahirkan surga nan indah
budaya dan tradisi telah melahirkan pluralitas kehidupan
yang abadi
karena keragaman dan perbedaan adalah hartamu

bali, 19 Juni 2010

Menangislah

jangan merengek kawan
tapi, menangislah sekuatnya
genangi tanah pertiwi dengan air matamu
cemari sunyinya udara nusantara dengan pekikan tangismu
biarkan mereka bangun dari absurdnya tidur
karena air bah tangismu
karena pekikan tangismu
karena harumnya nafasmu
sekali lagi, menangislah dengan keras
agar nusantaraku hijau kembali

bogor, 12 jan 2010

Mari Berbicara Tentang Perahu

perlihatkan kepadaku perahumu, kawan
perahu yang akan kau naiki
untuk menyeberang ke pulau cita nan makmur
penuh asa
penuh damai
atau,
apakah kau tak perlu perahu
karena kau punya kapal pesiar
ah, hiraukan saja apa itu perahu
apa itu kapal pesiar
kau akan kutunggu di pulau itu
dan, mari bercerita tentang lika liku samudra
yang aku dan kau lalui


bogor, 21 jan 2010