Jumat, 06 Mei 2011

Betapa Menakjubkan, Indonesia

Betapa gagahnya sang garuda dan betapa indahnya alam Indonesia, bahkan sangat sangat jauh lebih indah dari yang pernah dibayangkan. Seperti iklan Djarum Super "Great Adventure Indonesia", nampaknya telah membuat pemirsa televisi bergeleng-geleng, mungkin mereka bergumam betapa indahnya negriku Indonesia. Satu bulan keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke mungkin merupakan hal yang lazim dan bisa dilakukan, namun selama satu bulan itu kemungkinan tidak atau belum bisa merasakan seluruh "energi" alam Indonesia yang luar biasa menakjubkan. Indonesia, sebuah negri yang membentang menjadi penghubung daratan Asia dan Australia merupakan negri yang sangat unik, dengan kekhasan budaya di setiap wilayahnya sehingga Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki bahasa lokal terbanyak dan kearifan-kearifan lokal yang luar biasa banyaknya, dimana tampaknya tidak ada satu negara pun di muka bumi ini yang mampu menirunya. Tidak hanya berhenti dalam masalah budaya saja, bentang alam Indonesia adalah bentang alam yang sangat hebat. Mulai dari pantai, dataran rendah, savana, dataran tinggi, sampai gunung es abadi. Rasa-rasanya butuh waktu lama untuk "menyelami" energi Indonesia.


"Luar biasa", mungkin itulah dua kata yang akan terlontar dari mulut tatkala melihat iklan "Great Adventure Indonesia" oleh Djarum Super. Iklan ini seharusnya mampu membangunkan kita yang sering tebuai melupakan betapa alam Indonesia sungguh kaya dan menakjubkan. Kita sering terbuai oleh mimpi-mimpi absurd modernitas yang berefek pada rusaknya tatanan budaya, kearifan lokal, nilai-nilai tradisi, dan bentang alam. Andai setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan untuk menginjakkan kaki-kaki mereka di seluruh wilayah nusantara, mungkin Indonesia akan menjadi negara maju dengan balutan budaya-budaya lokal dan toleransi yang tinggi. Selain itu, iklan ini seharusnya menyadarkan kita warga negara Indonesia akan kerusakan-kerusakan alam dan lingkungan yang sedang terjadi, dalam skala besar. Mau jadi apa negara ini tanpa kekayaan alamnya?, seharusnya kita berpikir bahwa negri kita dikenal dunia lebih dikarenakan oleh keunikan dan kekhasan bentang alam dan budaya lokalnya. Tidak ada ceritanya negri ini dikenal masyarakat internasional dari industrinya.

waiting a news

the news from overseas 
above the equator 
every evening full of stories 
cheerful not lonely 
you told about lotus, champa, the great of uncle ho and socialism 
i was told about garuda, majapahit empire, the great of soekarno and pancasila* 
it is not fictitious nor absurd metaphor 
just an intimacy 
among the two sons of great cultures in the world 
there's no tired for all stories who you write 
but will you bored tomorrow, or until borderless earth, i dont know 
if bored, let it memories fly with the wind of south china sea and the wind of java sea, 
let it 
maybe you dont know this meaning, but believe that tomorrow or the next day you will understand 
now, only a string of words were spoken but tomorrow a string of sentences would speak 
believe it my friend 
tomorrow all of our dreams will unite, become a free souls 
once again believe it my friend

bogor,  26 jan 2010

malam bukanlah gelap

langit belum segelap arang kayu
hanya bagaikan rimba raya di waktu pagi
dedaunan rimbun kanopi yang menghalangi cahaya mentari
menembus menghangatkan tunas tunas rerumputan

namun, 

lihatlah sang owa dengan lincahnya menyisip diantara rerimbunan daun kanopi
mencipta celah
menghangatkan kadal kadal pengharap mentari pagi
menumbuhkan tunas tunas tetumbuhan rimba raya
lihatlah celah sinar yang menghidupi makhluk rimba
betapa gelap bukanlah perkecualian

malam bukanlah gelap
hanya belum terbentuk celah terang
malam bukanlah perkecualian hidup



bogor, 6 mei 2011




Cerita Akhir si Burung Dodo

Tidak, bukan ini eraku, begitu teriak burung dodo di salah satu pulau di dalam kepulauan New Zealand yang menyadari kalau dirinya adalah burung dodo.

Ah tidak kenapa Tuhan menciptakanku di saat yang tidak tepat, disaat burung dodo hanya sekedar pengisi cerita pengtar tidur.

Jaman telah berubah, tidak ada yang patut disalahkan. Satu-satunya burung dodo terakhir yang hidup di salah satu pulau di dalam kepulauan New Zealand mendadak mengetahui jati dirinya bahwa sebenarnya dialah burung dodo terakhir, sebelumnya dia hanya beranggapan kalau dirinya adalah burung perancah yang bongsor. Betapa amanat yang luar biasa berat untuk diembannya, mengubah status punah menjadi "sangat" terancam punah. Tapi sepertinya, tahun depan atau tahun depannya atau bahkan tahun depannya status tidak akan pernah berubah, "punah".

Pulau itu tak begitu luas dan tak begitu buruk, sebuah pulau yang dihiasi oleh penginapan-penginapan kelas atas untuk orang-orang kelas atas menikmati suasana alam yang nyaman di belahan bumi selatan telah menjadikan pulau yang dulunya hanya ditumbuhi semak an hutan-hutan kecil menjadi lebih eksotik, nampaknya pujian pulau eksotik hanya berlaku untuk orang-orang kelas atas, tidak bagi burung dodo dan burung-burung migran dan perancah lainnya.

Begitu antusias sekali pemilik penginapan menembaki setiap burung yang terbang di atas penginapannya, dengan dibantu Doti, si anjing beagle, si pemilik menembaki burung-burung yang mendekati penginapannya, bahkan lima atau sepuluh meter sebelum menyentuh batas udara kawasan penginapannya. Si Doti dengan patuhnya memunguti bangkai-bangkai si burung yang tewas karena sebuah peperangan kecil mempertahankan teritori.

Tragis memang, sebuah pulau yang seharusnya berisi binatang-binatang liar dan rimba-rimba kecil, justru beruah menjadi gemerlap. Malam bukan waktu tidur bagi penghuni hutan kecil yang masih tersisa di pulau itu dan siang bukanlah waktu yang tepat untuk mencari makan. Serba salah nampaknya, apalagi bagi burung dodo yang tidak bisa bergerak lebih jauh lagi seperti kawan-kawannya burung perancah ataupun burung migran.

Setiap hari, suara bising mesin pembangkit listrik kecil dan suara riuh tamu-tamu penginapan mengalahkan suara sayup-sayup angin pantai dan damainya suara dedaunan yang saling bergesekan. Stress, sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh penghuni liar pulau itu, apalagi melihat kawan-kawannya berserakan di atas tanah penuh darah tertembus timah panas. Tiap hari semakin sedikit saja burung yang melewati kawasan udara penginapan pulau itu, bagaikan perang, mereka mengalami kekurangan pasukan. Bagi pemilik penginapan, kondisi ini sungguh luar biasa, minimal dia tidak akan membuang dollarnya lebih banyak hanya untuk membeli timah-timah panas.

Untung bagi si burung dodo yang tinggal tdak jauh dari penginapan mewah, hanya mungkin lima belas meteran di antara semak-semak agak tinggi. Tidak ada seorang turis pun yang tahu kalau dia adalah burung dodo, burung dengan status punah saat ini, bahkan pengelola penginapan pun tidak ada yang tahu. ketika si burung dodo menampakkan batang hidungnya di hadapan turis, mereka menganggapnya hanyalah seekor angsa yang kesasar atau seekor ayam bongsor santapan penginapan yang lepas. Nampaknya inilah keuntungan bagi si burung dodo, tidak ada seorang pun yang memburu burung dodo terakhir.

Nampaknya bukan suatu keuntungan lagi, pemilik hotel berencana menggusur semak-semak dan hutan kecil terakhir di pulau yang letaknya tidak jauh dari belakang penginapan. Semak-semak dan hutan kecil itu nampaknya hanya akan menjadi kisah yang tidak akan dikenang, sebentar lagi bahkan, tinggal menunggu waktu.

Tak disangka, kisah itupun terjadi juga. Malam ini, dua orang petugas penginapan nampak sedang mengukur kawasan semak-semak dan hutan kecil di pulau di kepulauan New Zealand. Si burung Dodo tampaknya telah terlelap dalam kehangatan angin pantai, dia tidak tahu menahu ada gerak-gerik orang penginapan. Lima menit berselang dari tiba-tiba dua orang itu berlarian masuk ke halaman belakang penginapan. Entah apa yang mereka sedang lakukan. Lima menit kemudian tiba-tiba semak-semak manjadi begitu terang, bahkan sangat terang, disertai percikan-percikan api dan suara menggelegar.

Tak berapa lama, mungkin sepuluh menit tiba-tiba suasana menjadi gelap lagi dengan disertai bau kayu terbakar dan bau daging panggang. Tampakanya habis sudah kisah semak-semak dan hutan kecil di belakang penginapan beserta kehidupan di dalamnya, termasuk si burung dodo yang kali ini sudah benar-benar menjadi ayam bakar.

Kamis, 05 Mei 2011

Analisis Ringan & Konyol: Dari Tanah Jawa Ke Seluruh Muka Bumi

Santos (2005) dalam bukunya tentang Atlantis menyebutkan bahwa nusantara (dalam hal ini merujuk pada tanah Jawa) pada masa lalu kemungkinan berkebudayaan sangat tinggi (berkebudayaan Atlantis, sebuah benua berkebudayaan tinggi yang hilang dan masih menjadi misteri dan perdebatan para ahli). Kemungkinan Jawa berkebudayaan tinggi dan menjadi "pembimbing" kebudayaan-kebudayaan dan peradaban-peradaban dunia tampaknya bisa terjadi. Betapa tidak, sebuah contoh tentang bentuk piramida di Mesir dan "candi" di Amerika Latin mempunyai kemiripan dengan bentuk dasar candi di Jawa, yaitu punden berundak. Punden berundak, sebuah sarana pemujaan kepada "Yang Menciptakan Kehidupan" nampaknya menjadi dasar terhadap sarana peradaban besar dunia, misalnya Mesir, Amerika Latin, Timur Tengah, IndoChina, Asia Timur, dan Asia Selatan. Punden berundak, sebuah mahakarya putra nusantara nampaknya telah "diekspor" ke berbagai belahan dunia. Entah bagaimana persebaran budaya besar ini, apakah melalui penaklukan atau dispora penduduk nusantara (Jawa) pada waktu itu. Apabila hal ini benar-benar terjadi, penaklukan wilayah ataupun diaspora nampaknya dapat dilihat betapa hebatnya bangsa Jawa ini, tetapi tampaknya belum terdapat bukti mengenai hal ini.

Logika konyol mengenai bagaimana nusantara (Jawa) adalah sumber (pusat) peradaban berkebudayaan tinggi, benar-benar terjadi diaspora bangsa Jawa ke seluruh penjuru dunia, mereka membawa budaya dan tradisi "Jawa" ke tempat tinggal baru mereka. sesampai di tempat tinggal baru, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan atau kondisi alam tempat tinggal baru mereka, sehingga muncullah peradaban-peradaban dengan kebudayaan baru yang terkadang terlihat sebagai sesuatu yang berbeda dengan kebudayaan asli mereka (Jawa). Nampaknya peristiwa ini terjadi ribuan tahun lalu, sehingga dengan peradaban baru terlihat jauh berbeda dengan kebudayaan asalnya.

Apabila Jawa menjadi pusat peradaban dunia, atau katakanlah sebagai Atlantis, seharusnya terdapat suatu bukti yang cukup bahkan lebih mengenai hal itu. Bukti nampaknya sudah terlalu banyak. Pulau Jawa atau dikenal sebagai Pulau seribu candi sudah memberikan bukti itu. Betapa banyak candi yang sudah ditemukan di tanah Jawa, yang belum ditemukan pun kemungkinan masih banyak. Tanah jawa nampaknya masih merupakan kawasan yang misterius. Jika dianalisis secara konyol dengan melihat betapa seringnya warga atau tim arkeologi menemukan candi ataupun gugusan candi di tanah Jawa, nampaknya tanah Jawa ini disusun dari banyak gugusan candi.

Sekarang, bagaimana bisa candi tersebut menggambarkan peradaban berkebudayaan tinggi "Atlantis"?, lha wong, candi itu kan candi bercorak Hindhu dan Budha yang usianya tidak lebih dari 2000 tahun, kok bisa?, jawaban yang tepat berdasarkan analisis ringan dan konyol adalah dahulunya candi-candi yang ditemukan adalah dibangun oleh bangsa Jawa dengan kebudayaan dan agama aslinya yang jauh berbeda dengan agama-agama besar dunia saat ini, nampaknya kebudayaan dan agama asli inilah suatu peradaban tersendiri, suatu peradaban berkebudayaan tinggi alias Atlantis. Kembali lagi ke masalah candi, sepertinya candi yang dibangun oleh bangsa Jawa jauh ribuan tahun sebelum itu sebenarnya berisi kisah-kisah heroik ataupun kearifan-kearifan lokal Jawa (nusantara) ataupun kisah tingginya peradaban (misalnya dalam hal teknologi atau persebaran penduduknya). Namun, setelah masuknya agama Hindhu dan Budha (yang kemungkinan besar berasal dari kebudayaan Jawa pada masa lampau) terjadi sebuah sinkretisme dan akulturasi antara kebudayaan dan agama asli Jawa dengan kebudayaan dan agama Hindhu Budha. Dengan adanya sinkretisme dan akulturasi ini maka candi-candi yang asalnya dibangun oleh bangsa Jawa asli dibangun ulang dengan menambahkan ornamen-ornamen kebudayaan dan agama Hindhu-Budha. Akhirnya sulit untuk merekam bukti kebudayaan sebelum masa Hindhu-Budha di tanah Jawa.

Apabila bangsa Jawa adalah bangsa asal dari bangsa-bangsa di bumi ini maka seharusnya didapatkan suatu bukti ilmiah dari DNA. Entahlah, nampaknya penelitian akan hal ini kemungkinan belum bisa terwujud. Pembandingan harus didasarkan dari bagian-bagian DNA yang tidak mengalami mutasi dan tidak mengalami persilangan. Pemeriksaan harus dilaksanakan terhadap seluruh bangsa-bangsa di muka bumi yang mewarisi peradaban bangsa Jawa.

si burik dan mbah jambu

Ya Gusti, kenapa hujan tidak berhenti, gumam si burik di dahan paling atas pohon beringin tua, menantang hujan.

Tepat jam 9 lebih 20 pagi ini, langit sepertinya sedang marah kepada bumi, betapa tidak, tepat saat ini hujan deras turun seperti bocornya pipa kran kamar mandi. Sebenarnya sudah dua hari ini hujan dengan mudahnya mengguyur kawasan kebun karet di belakang gudang tua peninggalan belanda. kebun karet yang luasnya tidak lebih dari lapangan sepak bola itu nampaknya kondisinya semakin memprihatinkan, tiap hari luasannya tidak pernah tetap bahkan bertmabah, karena tiap hari selalu berkurang, walau satu centimeter pun. Menurut penuturan mbah jambu, begitu namanya dipanggil, seorang kakek penjaga gudang tua di pinggiran kota tua yang sepi, gudang tua dan kebun karet peninggalan belanda dahulunya dipunyai oleh saudagar kaya dari belanda, asalnya kebun karetnya sangat luas bisa lima kali dari kebun karet yang tersisa saat ini. Lagi-lagi menurut mbah jambu, pasangan belanda itu akhirnya meninggal di sungai yang sekarang letaknya persis di samping kanan gudang tua. Sayangnya tidak ada seorang penduduk desa sekitar yang tahu penyebab kematiannya, bahkan mbah Jambu pun tidak mau bercerita.

Hujan sejak dua hari yang lalu telah membuat separuh kebun karet tua digenangi air dari luapan sungai yang letaknya di samping kanan gudang tua yang dijaga mbah Jambu. Genangan air setinggi lutut orang dewasa telah membuat kebun karet di belakang gudang tua bagaikan rawa-rawa tanpa buaya. Kebun karet yang sudah lama tidak disadap, kira-kira tiga puluhan tahun-an, hanya dibiarkan menjadi kebun tak terurus dengan batang pohon-pohon karet yang kekar dan dedaunan yang rimbun. Sekilas memang nampak seperti rimba di tengah-tengah kota tua yang sepi. Sebuah rimba tak pernah lepas dari hewan-hewan yang hidupnya tak terikat tingkah laku manusia. Seminggu yang lalu tiga orang warga desa yang mencari ranting-ranting kering di karet tua bercerita pernah menjumpai seekor ular yang berukuran besar dan panjang. Pak Jono, salah satu dari tiga orang yang waktu itu mencari ranting di kebun karet tua berujar ular besar waktu itu hanya diam saja tidak bergerak sama sekali walaupun mereka melewatinya. Pak Jono dan kedua orang punya prinsip kalau ular tidak mengganggu mereka, mereka pun tidak akan pernah mengganggu ular tersebut. Nampaknya beda lagi dengan cerita Didi dan Tito, dua pemda dari desa sekitar kebun karet tua di belakang gudang tua peninggalan belanda, mereka berujar kalau mereka berhasil menjerat sekawanan ajak yang tinggal di kebun karet tua dan mereka menjualnya ke pedagang sate anjing di dekat alun-alun kota tua. Mbah Jambu pun membenarkan cerita Didi dan Tito, sejak empat malam sebelumnya, mbah Jambu tidak pernah mendengar lagi gerak-gerik sekawanan ajak di kebun karet tua. Tak hanya itu, Didi dan Tito juga bercerita, mereka berhasil menembak dua serak jawa yang menurut mbah Jambu dua serak jawa itu kemungkinan dua serak jawa dari tiga serak jawa yang masih tersisa. Tingkah laku dua pemuda desa itu sangat disayangkan oleh mbah Jambu, yang di sisa usianya masih ingin melihat hewan-hewan penghuni kebun karet tua itu hidup, disamping ingin melihat kebun karet tua itu tidak terdesak lagi oleh laju pembangunan desa sekitar kebun karet tua.

Hujan kali ini benar-benar hampir meporak-porandakan kehidupan kebun karet tua di belakang gudang tua peninggalan belanda. Dua hari lalu, mbah Jambu menemukan tiga ekor burung kutilang yang ikut hanyut dalam genangan air di kebun karet tua. Tak hanya itu, seekor musang dan tiga ekor tupai pun ditemukan mati kemarin sore. Entah sebuah kiamat atau berkah bagi kehidupan kebun karet tua. Mbah Jambu yang tempat tinggalnya muali tergenang air tadi pagi berujar kalau beliau mencemaskan elang ular bido dengan bulu jarang-jarang yang tinggal di pohon beringin di tengah-tengah kebun karet. Mbah Jambu mencemaskan si burik, sebutan elang ular bido betina dengan bulu jarang karena si burik sedang merawat anak yang menetas seminggu lalu. Si burik adalah satu-satunya elang ular bido yang tersisa di kebun karet tua belakang gudang tua peninggalan belanda. Apabila seekor anaknya tumbuh besar maka di kebun karet tua itu punya generasi baru elang ular bido, begitu ujar mbah Jambu.

Cuaca yang semakin memburuk saat ini dikhawatirkan akan membunuh anak si Burik dan bahkan si burik sendiri. Cuaca yang buruk menjadikan si burik tidak bisa terbang bebas berburu mangsa, apalagi ditambah berkurangnya hewan buruannya dan semakin hilangnya rumah si burik. Terlihat air mata menetes dari kedua mata mbah Jambu ketika bercerita tentang si burik, nampaknya mbah Jambu mempunyai ikatan batin dengan si burik. Menurut cerita yang beredar di kampung sekitar kebun karet tua belakang gudang tua peninggalan belanda, setahun lalu mbah Jambu menyelamatkan si burik dari para pemburu, yang merupakan warga desa sekitar. Ketika itu, si burik tertembak di paha kirinya, dengan keberanian seadanya mbah Jambu bergulat melawan lima orang warga pemburu. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya mbah Jambu mendapatkan si burik. Dengan ketelatenan menyembuhkan si burik, akhirnya saat ini bisa dilihat si burik memberi keturunan untuk kebun karet tua belakang gudang tua peninggalan belanda.

Siang harinya sekitar pukul 1 siang, kebiasaan mbah Jambu mencari ranting-ranting pohon karet untuk dijadikannya kayu bakar, meskipun basah habis hujan mbah Jambu tetap berangkat masuk lebih jauh ke tengah kebun karet tua. Dengan berbekal sepatu bot lusuh dan sebuah parang yang ketajamannya tidak diragukan lagi, mbah Jambu dengan mudahnya menembus semak-semak dan genangan air yang membuat orang malas menjejak tempat itu. Seperti biasanya, sebelum mencari lebih banyak ranting, mbah Jambu menghampiri pohon beringin tua di tengah kebun karet tua. Belum juga langkah mbah Jambu menjejak sekitar pohon beringin tua berdiri, seekor elang kecil yang belum berbulu nampak tergeletak dengan darah yang masih merah menggenangi sekitar tubuh kecil itu. Bisa ditebak, saat itu pikiran mbah Jambu langsung galau, apalagi ketika kedua mata mbah Jambu yang masih tajam melihat sesosok tubuh elang ular bido berbulu jarang tergeletak penuh darah tidak jauh dari jasad elang kecil. Dua peluru nampaknya menembus dada si burik, terlihat dari dua lubang yang mengeluarkan darah di daerah dada si burik. Tak berapa lama, tiba-tiba mbah Jambu terjatuh, entah marah atau ketidaktegaan melihat peristiwa ini. Tidak ada yang tahu.

malam kehidupan

ini adalah malam, saat sang punai dirayu rimba raya
waktu untuk raja ragawi menggugat
tempat jiwa jiwa bermetafora dengan lantang
tempat iblis bermain candu
tempat tradisi adiluhung dipijak
sungguh ini adalah malam
sokoguru kehidupan dengan segala keteraturannya
walaupun mentari menutup bulan, malam tetaplah malam


bogor, 5 oct 09