Kamis, 05 Mei 2011

Analisis Ringan & Konyol: Dari Tanah Jawa Ke Seluruh Muka Bumi

Santos (2005) dalam bukunya tentang Atlantis menyebutkan bahwa nusantara (dalam hal ini merujuk pada tanah Jawa) pada masa lalu kemungkinan berkebudayaan sangat tinggi (berkebudayaan Atlantis, sebuah benua berkebudayaan tinggi yang hilang dan masih menjadi misteri dan perdebatan para ahli). Kemungkinan Jawa berkebudayaan tinggi dan menjadi "pembimbing" kebudayaan-kebudayaan dan peradaban-peradaban dunia tampaknya bisa terjadi. Betapa tidak, sebuah contoh tentang bentuk piramida di Mesir dan "candi" di Amerika Latin mempunyai kemiripan dengan bentuk dasar candi di Jawa, yaitu punden berundak. Punden berundak, sebuah sarana pemujaan kepada "Yang Menciptakan Kehidupan" nampaknya menjadi dasar terhadap sarana peradaban besar dunia, misalnya Mesir, Amerika Latin, Timur Tengah, IndoChina, Asia Timur, dan Asia Selatan. Punden berundak, sebuah mahakarya putra nusantara nampaknya telah "diekspor" ke berbagai belahan dunia. Entah bagaimana persebaran budaya besar ini, apakah melalui penaklukan atau dispora penduduk nusantara (Jawa) pada waktu itu. Apabila hal ini benar-benar terjadi, penaklukan wilayah ataupun diaspora nampaknya dapat dilihat betapa hebatnya bangsa Jawa ini, tetapi tampaknya belum terdapat bukti mengenai hal ini.

Logika konyol mengenai bagaimana nusantara (Jawa) adalah sumber (pusat) peradaban berkebudayaan tinggi, benar-benar terjadi diaspora bangsa Jawa ke seluruh penjuru dunia, mereka membawa budaya dan tradisi "Jawa" ke tempat tinggal baru mereka. sesampai di tempat tinggal baru, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan atau kondisi alam tempat tinggal baru mereka, sehingga muncullah peradaban-peradaban dengan kebudayaan baru yang terkadang terlihat sebagai sesuatu yang berbeda dengan kebudayaan asli mereka (Jawa). Nampaknya peristiwa ini terjadi ribuan tahun lalu, sehingga dengan peradaban baru terlihat jauh berbeda dengan kebudayaan asalnya.

Apabila Jawa menjadi pusat peradaban dunia, atau katakanlah sebagai Atlantis, seharusnya terdapat suatu bukti yang cukup bahkan lebih mengenai hal itu. Bukti nampaknya sudah terlalu banyak. Pulau Jawa atau dikenal sebagai Pulau seribu candi sudah memberikan bukti itu. Betapa banyak candi yang sudah ditemukan di tanah Jawa, yang belum ditemukan pun kemungkinan masih banyak. Tanah jawa nampaknya masih merupakan kawasan yang misterius. Jika dianalisis secara konyol dengan melihat betapa seringnya warga atau tim arkeologi menemukan candi ataupun gugusan candi di tanah Jawa, nampaknya tanah Jawa ini disusun dari banyak gugusan candi.

Sekarang, bagaimana bisa candi tersebut menggambarkan peradaban berkebudayaan tinggi "Atlantis"?, lha wong, candi itu kan candi bercorak Hindhu dan Budha yang usianya tidak lebih dari 2000 tahun, kok bisa?, jawaban yang tepat berdasarkan analisis ringan dan konyol adalah dahulunya candi-candi yang ditemukan adalah dibangun oleh bangsa Jawa dengan kebudayaan dan agama aslinya yang jauh berbeda dengan agama-agama besar dunia saat ini, nampaknya kebudayaan dan agama asli inilah suatu peradaban tersendiri, suatu peradaban berkebudayaan tinggi alias Atlantis. Kembali lagi ke masalah candi, sepertinya candi yang dibangun oleh bangsa Jawa jauh ribuan tahun sebelum itu sebenarnya berisi kisah-kisah heroik ataupun kearifan-kearifan lokal Jawa (nusantara) ataupun kisah tingginya peradaban (misalnya dalam hal teknologi atau persebaran penduduknya). Namun, setelah masuknya agama Hindhu dan Budha (yang kemungkinan besar berasal dari kebudayaan Jawa pada masa lampau) terjadi sebuah sinkretisme dan akulturasi antara kebudayaan dan agama asli Jawa dengan kebudayaan dan agama Hindhu Budha. Dengan adanya sinkretisme dan akulturasi ini maka candi-candi yang asalnya dibangun oleh bangsa Jawa asli dibangun ulang dengan menambahkan ornamen-ornamen kebudayaan dan agama Hindhu-Budha. Akhirnya sulit untuk merekam bukti kebudayaan sebelum masa Hindhu-Budha di tanah Jawa.

Apabila bangsa Jawa adalah bangsa asal dari bangsa-bangsa di bumi ini maka seharusnya didapatkan suatu bukti ilmiah dari DNA. Entahlah, nampaknya penelitian akan hal ini kemungkinan belum bisa terwujud. Pembandingan harus didasarkan dari bagian-bagian DNA yang tidak mengalami mutasi dan tidak mengalami persilangan. Pemeriksaan harus dilaksanakan terhadap seluruh bangsa-bangsa di muka bumi yang mewarisi peradaban bangsa Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar