NKRI
itu menjembatani dan menaungi kebhinekaan masyarakat serta budayanya, itulah
mengapa kebanggan itu masih ada di hati sampai saat ini. Hari ini republik kita
mempunyai hajatan besar, yakni pemilihan umum calon legislatif, memilih
mereka-mereka yang “layak” duduk di kursi empuk parlemen, banyak harapan
masyarakat akan adanya kebangkitan republik di masa-masa mendatang. Namun,
apakah republik ini akan bangkit, berdikari dan mengayomi kebhinekaan?, saya
pribadi sangat meragukan masa depan republik dan bangsa ini.
Saat
ini banyak sekali ormas dan partai politik yang dalam visi-misinya akan bekerja
untuk rakyat serta menjaga persatuan dan keutuhan NKRI. Saya pribadi hanya
menganggap ucapan mereka ada di tataran lidah dan bibir saja alias cuap-cuap,
ucapan mereka belum terbenam di kalbu. Pengingkaran, ya, kata itu yang paling
tepat ketika mereka dihadapkan kepada kekuasaan dengan sumber-sumber pendapatan
yang berasal dari kekayaan negeri ini. Mereka akan dengan mudah membelot hanya
untuk mengambil secuil demi secuil sumber-sumber kekayaan negeri ini untuk
masuk ke kantong mereka pribadi dan kelompoknya. Apa yang diperjuangkan tak
lain adalah harta duniawi.
Dalam
hal partai politik, banyak janji-janji yang ditebarkan oleh calon-calon
legislatif mereka selama masa kampanye. Entah itu benar atau tidak, hanya
mereka dan Tuhan yang mengetahui. Lantas apa yang mereka perjuangkan?, saya
sangat pesimis mereka mampu menjaga keutuhan NKRI. Lihat saja, kelompok bagi
mereka adalah nomor satu, entah itu partai yang berjuluk nasionalis maupun
religius. Bukankah seharusnya partai adalah kendaraan, dan Indonesia adalah
tujuannya. Saya percaya terdapat banyak sekali sebenarnya manusia-manusia yang
berjiwa Indonesia, tetapi mereka terbenam dalam keriuhan masalah di negeri sendiri,
tidak ada kendaraan dan pengeras suara yang membawa suara mereka ke tingkatan
yang lebih tinggi di negeri ini.
Banyak
calon-calon legislatif yang mungkin kurang memahami akar pokok masalah negeri
ini, mereka hanya berucap “pokoknya” dan “yang penting”, seperti “pokoknya
untuk rakyat” atau “yang penting untuk rakyat”. Lantas rakyat yang manakah?,
rakyat bukan saja di tempat dapil-dapil mereka saja. Rakyat Indonesia sangat
besar jumlahnya, tentunya dengan keragaman yang sangat tinggi. Tidak bisa dipukul
rata atau diseragamkan. Mereka harus bisa merasakan keanekaragaman itu dan
bekerja dalam keanekaragaman. Mereka harus bekerja tidak hanya dengan mata
saja, tetapi harus dengan mata batin.
Menurut
saya pribadi, negeri ini membutuhkan orang-orang yang berjiwa Indonesia,
khususnya nasionalis dengan tingkat spiritualitas yang tinggi. Banyak yang
berucap “katanya”, nasionalisme sudah tidak dibutuhkan lagi bagi mereka yang
beraliran paham-paham dari luar seperti dari tanah Arab atau kapitalis barat.
Dalam pandangan saya, mereka itu seperti parasit yang menempel di tubuh makhluk
hidup lain dan mereka adalah bahaya laten. Nasionalisme bukanlah sempit,
bukanlah mendewakan negeri ini, tetapi nasionalisme memperkuat identitas dan
jati diri kita sebagai bangsa besar, bangsa yang berbeda dari bangsa-bangsa
lainnya. Spiritualitas lebih dalam maknanya dari religiusitas, mungkin saya
menganggapnya religius hanya permukaan saja, saklek dengan tulisan-tulisan ayat
yang tertera di kitab-kitab agama dan hanya berkutat dengan ritus-ritus biasa.
Sedangkan yang spiritual adalah lebih baik lagi, dia lebih mengenal Tuhannya.
Nasionalis dengan spiritualitas tinggi dalam pandangan saya adalah sangat
dibutuhkan negeri ini supaya NKRI tidak bubar di tengah jalan.
Semoga
hari ini menjadi tonggak sejarah NKRI untuk mendapatkan manusia-manusia yang
tepat untuk mengurusi peradaban bangsa ini. Manusia-manusia yang mampu membuat
terobosan dan inovasi terbaik bagi kemajuan bangsa ini, seluruh bangsa ini,
dari Sabang sampai Merauke. Manusia-manusia yang menjaga keutuhan dan persatuan
NKRI, dan membenamkan diri dalam ke-Bhineka-an. Manusia-manusia yang menjunjung
tinggi Pancasila. Selamat untuk Indonesia, selamat melaksanakan pemilihan umum
calon legislatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar