Sudah sekian lama saya tidak menulis blog yang berisikan uneg-uneg atau pemikiran pribadi mengenai sesuatu hal yang terjadi di luar tubuh saya. Mungkin bisa dibilang saya menuliskan apa yang ingin saya komentari pada waktu itu, dan mayoritas adalah masalah lingkungan hidup dan konservasi, serta sedikit-sedikit apa yang saya yakini tentang politik negeri ini, meskipun saya tidak memiliki ketertarikan mengenai dunia politik yang saya sebut sebagai politik praktis di negeri ini. Namun, seorang kawan pernah berujar bahwa untuk dapat mencapai sesuatu dalam ranah komunitas besar, maka kita harus melek politik. Ya, memang benar, menurut saya pribadi dan dari pemikiran saya (entah pembenaran saya saja), politik memang wajib kita kuasai. Namun,bukan politik praktis yang seperti kita lihat di sekitar kita, politik transaksional. Politik yang saya maksud adalah cara mencapai sesuatu, dimana sesuatu tersebut lazim dan wajar diperuntukkan untuk khalayak ramai dan lingkungan hidup yag mendukungnya dengan teknis dan cara-cara yang bermartabat, tidak merendahkan seorang pun manusia atau makhluk hidup lain, dan tidak ada unsur keinginan untuk berkuasa atau kaya.
Saya memiliki keinginan, ya bisa saya sebut sebagai keinginan, belum merupakan cita-cita, bahwa kita semua yang hidup di wilayah yang saat ini bisa disebut sebagai Indonesia dapat hidup sebagai manusia. Semua setara sebagai manusia. Manusia yang tidak merendahkan manusia lainnya, manusia yang sadar akan kemanusiaannya, manusia yang tidak mengganggu atau melukai manusia lainnya, manusia yang sadar akan lingkungan sekitarnya, manusia yang berpikir, manusia yang tidak merendahkan makhluk hidup selain manusia, manusia yang merasa planet bumi adalah rumahnya, manusia yang tidak merasa dirinya lebih unggul dalam hubungan pribumi-non pribumi atau kulit putih-non putih, serta manusia yang benar-benar manusia.
Saya ingin menuliskan apa yang saya ingin tulis berdasarkan apa yang saya pikirkan dan mudah-mudahan bukan pembenaran pemikiran saya. Sudah beberapa waktu lalu saya ingin menulis blog lagi, terutama saat politik praktis di Indonesia semakin aneh dan politik identitas semakin meningkat. Namun, belum bisa terwujud karena ada kesibukan lainnya dan mungkin ketakutan adanya jeratan pasal karet UU ITE. Entah saat ini keinginan tersebut semain menguat. Apakah saya tidak takut terhadap pasal karet UU ITE tersebut terkait dengan ketersinggungan?.
Jawabannya ya mungkin agak sedikit khawatir, tapi saya khawatir ketika apa yang saya pikirkan tidak terlampiaskan dan tidak dapat dinikmati oleh orang lain. Ya, saya lebih khawatir ketika pemikiran saya (semoga bukan pembenaran apa yag saya pikirkan) tentang sesuatu yang aneh di negeri tempat saya hidup sampai tulisan ini dibuat tidak sempat saya tuliskan, yang mana tulisan tersebut akan abadi dari keberadaan saya di planet bumi ini. Untuk hal ini, saya terkesan dari pernyataan almarhum Pramoedya Ananta Toer, dimana beliau menyatakan bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian dan supaya kita tidak hilang dari sejarah.
Akhir kata, saya bukanlah manusia yang pandai menulis, tetapi saya adalah manusia yang lebih bisa berbicara melalui jari-jari saya. Jadi mulai saat ini saya akan menulis apa pun yang ingin saya tuliskan dan apa pun tentang pemikiran saya (dan sekali lagi semoga bukan pembenaran) mengenai suatu hal yang aneh atau tidak semestinya. Karena saya berpatokan pada salah satu pasal di konstitusi republik ini yang menyatakan bahwa setiap warga negara (saya masih merasa sebagai warga negara republik ini) memiliki hak untuk menyuarakan pendapat, maka saya akan menulis. Untuk ketersinggungan sendiri, saya tidak bisa menjamin bebas dari ketersinggungan publik atau netizen. Jika ada yang tersinggung, saya berharap yang tersinggung tidak buru-buru menuju kantor polisi untuk melaporkan degan dasar pasal karet UU ITE. Jika tersinggung, mari berpikir, menjadi manusia yang berpikir dengan berdiskusi.
Salam,
Wirakid
Wirakid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar