Minggu, 08 Mei 2011

Tentang Kehidupan

mari berbicara tentang kehidupan kawan,
tentang lahir, mimpi dan mati
mengenang canda, tawa dan tangis di masa lalu
menanam harapan untuk masa depan

ceritakan tentang jejak jejak kecil
menghentak damainya bumi
mengusik khusyuknya rerumputan
demi sebuah tawa dan senyum

ceritakan tentang air
yang mengalir diantara pematang pematang sawah
memeluk harapan kehidupan
makhluk bumi

ceritakan tentang gelapnya malam
terangnya purnama
dimana riuh canda menghias langit
menanti impian menjadi kemakmuran

ceritakan tentang semua kenangan dan mimpi
masa lalu dan masa depan
ceritakan tentang indahnya negri
yang memeluk jiwa di waktu kecil dan masa ini

ceritakan juga tentang mewahnya orang orang berdasi
melaratnya orang orang pinggir jalan, pinggir kali
hijaunya harta sang penguasa
gersangnya sang rimba raya
ceritakan juga soal hinanya pemimpin negri ini
yang menjual impian negri hijau nan elok


bogor, 4 September 2010

Sabtu, 07 Mei 2011

kisah kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor hampir putus dan berwarna putih kuning kusam dan sangkar kusam dengan makhluk misterius

Dari kejauhan pun sudah terlihat kalau itu sebuah sangkar kawat, bukan sekedar sangkar kawat tetapi sangkar kawat dengan seekor makhluk hidup di dalam. berwarna coklat dan hitam, berparuh, dan bercakar.

"Makhluk apa di dalam sangkar itu", pikir seekor kucing pincang dan buta sebelah mata ketika melintas di dekat sang makhluk dalam sangkar.

hanya lengkingan yang muncul dari sangkar kusam itu. si kucing pun hanya diam terduduk tak jauh, kira-kira setengah meter dari sangkar misteri. duduk mengawasi gerak-gerik makhluk penghuni sangkar kusam dan berbau apek.

"hus, hus, hus. pergi sana kucing sialan", usiran seorang bapak berpeci berkumis tebal dan bersarung kotak-kotak yang sudah lusuh kepada si kucing pincang dan buta sebelah mata.
bapak berpeci, berkumis, bersarung motif kotak-kotak lusuh, berpakaian kemeja lusuh motif garis duduk di antara pot berisi pohon palem di sebuah trotoar pinggir terminal setelah berdiri untuk mengusir kucing pincang dan buta sebelah mata. bapak itu duduk sambil memegangi sangkar kusam apek berisi makhluk misterius. si kucing pun bandel, tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya. si kucing pun hanya menggerak-gerakkan sedikit ekornya yang hampir putus, dan menolehkan sedikit kepalanya ke kanan.

"PRAKKK", bunyi sebuah sepatu pantofel hitam mengkilat menendang si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor hampir putus dan berwarna putih kuning kusam. sebuah tendangan yang keras karena si kucing terlempar hampir dua meter, sebuah tendangan yang menandakan si penendang adalah orang yang benci kucing, paling tidak benci kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor hampir putus dan warna putih kuning kusam.

untung saja si kucing yang terlempar tidak terlindas truk, truk gandeng berisi besi melintas tepat tidak jauh dari kucing yang tertendang itu. sungguh malang, lama si kucing terdiam di tengah jalan hampir lima menit-an, tidak ada seorang pun yang menolong. bisa dipastikan orang-orang di sekitar terminal benci kucing, minimal benci pada kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor hampir putus dan berwarna putih kuning kusam. tak berapa lama sebuah sepeda tua dengan bapak tua berjenggot putih, berambut putih, berkemeja putih dan bercelana putih melintas, rodanya yang masih baru melindas ekor si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor hampir putus dan berwarna putih kuning kusam. akhirnya selesai juga peran ekor si kucing, ekor berwarna putih kusam akhirnya benar-benar putus, tak berapa lama ekor itu pun gepeng karena dilindas lima buah bis, sepuluh sepeda motor, dan tiga truk gandeng yang memuat batu, dan dua truk gandeng bermuatan pasir.

seperti hilang suatu beban yang selama ini membebani, si kucing berjalan pincang dengan santainya mendekati sangkar kusam dengan makhluk misterius. duduk seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

lengkingan an lengkingan membuat si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam mendekati si sangkar kusam dengan makhluk misterius.

bapak berpeci, berkumis, bersarung motif kotak-kotak lusuh, berpakaian kemeja lusuh motif garis yang duduk di antara pot berisi pohon palem di sebuah trotoar pinggir terminal sepertinya sudah tidak mau peduli dengan si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam. Dia menyalakan rokok sisa yang dipungut di samping kiri pot palem. Matanya terpejam, seolah-olah menikmati irama jalan raya dengan truk dan bis di dalamnya.

"o ini kan burung perkasa itu, kok bisa dikurung, lebih baik aku bisa tidak kuat tapi tidak dikurung", pikir si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam.

lengkingan demi lengkingan dengan mata sayu seperti memelas, membuat si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam merasa iba.

"kalau dilepas dia akan memakan tubuhku yang compang camping ini, ah tapi biarlah", pikir kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam.

Tak berapa lama si kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam, menggeser penahan pintu sangkar, si burung berparuh tajam berwarna coklat an hitam tampak garang. kepalanya menjulur keluar sangkar, si bapak berpeci, berkumis, bersarung motif kotak-kotak lusuh, berpakaian kemeja lusuh motif garis sedang tak sadarkan diri. si burung perkasa akhirnya mengeluarkan tubuhnya hampir semuanya, matanya yang tajam menatap kucing pincang buta sebelah mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam. Si kucing menunggu ucapan terima kasih. Namun, si burung perkasa mematuk mata si kucing, akhirnya si kucing menjadi benar-benar buta dan si burung berhasil kabur.

Si kucing pincang buta kedua mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam hanya bisa berdoa dalam hati kepada yang maha kuasa. Si burung perkasa akhirnya terbang bebas tetapi hanya berselang beberapa detik sebuah bus malam melaju kencang ke arah timur dan "PRAKKKKK", bulu-bulu coklat berhamburan di jalan raya, si burung perkasa terlontar sekitar lima meter dan sekarang benar-benar gepeng seperti ekor si kucing, karena dilindas sembilan bus, lima truk pengangkut pasir, lima truk barang elektronik, sembilan truk gandeng bermuatan besi, dan lima belas sepeda motor.

Melihat  kejadian yang tidak wajar itu, si bapak berpeci, berkumis, bersarung motif kotak-kotak lusuh, berpakaian kemeja lusuh motif garis menjadi naik pitam. Ditendanglah si kucing pincang buta kedua mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam ke jalan raya yang sedang ramai-ramainya. dilindaslah si kucing pincang buta kedua mata dengan ekor putih yang baru saja putus dan berwarna putih kuning kusam oleh lima buah bus, tiga angkot, lima truk pasir, dan dua truk gandeng bermuatan besi. 

ditulis juga di dickywibowo87.multiply.com

tatapan malam

tatapan tatapan malam
liar dalam gelap 
menyapa gembel gembel tepi akal
sorot tatap malam begitu tajam
menggertak redupnya setitik bintang
menantang absurdnya celoteh celoteh lantang
sang penjaja masa
tatapan malam hanya untuk penghuni malam
dan pengagum malam
betapa gelap namun bukan hitam
tatapan malam hanya untuk penciptaan
sebuah karya kehidupan
 


bogor, 8 mei 2011

Sekali Lagi Tentang Sumberdaya Alam Hayati

Indonesia di mata dunia dikenal sebagai megabiodiversity country. Hal ini disebabkan oleh kondisi Indonesia yang merupakan negara tempat terkonsentrasinya keanekaragaman hayati dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Sumatera, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau disekitarnya), benua Australia (Papua dan pulau-pulau disekitarnya) dan wilayah peralihan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara) sehingga Indonesia dikatakan sebagai salah satu kawasan pusat keragaman hayati yang terkaya di dunia. Indonesia mempunyai 25.000 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia), 515 spesies mamalia (12% dari jumlah mamalia di dunia), 1500 spesies burung, 600 spesies reptilia dan 270 spesies amfibi.

Selain itu, adanya keanekaragaman hayati yang berlimpah juga telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan budaya nusantara dimana budaya-budaya yang tumbuh telah melukiskan dengan baik keadaan alam nusantara. Indonesia adalah Salah satu contoh yang baik dari kawasan yang kaya akan  keanekaragaman hayati, negara-negara lain ataupun kawasan-kawasan lain juga tak kalah menariknya dengan Indonesia terutama kawasan Asia Tenggara yang lain, India, Afrika dan kawasan Amerika Latin yang telah memberi corak kehidupan bagi planet bumi. Hal ini disebabkan oleh kawasan-kawasan tersebut mempunyai iklim yang sama yaitu tropis dan sebagian kecil subtropis dimana daerah tropis adalah daerah yang mempunyai kekayaan hayati tebesar dan sebagai penopang kehidupan semua makhluk hidup di planet bumi. Kawasan tropis identik dengan hutan rimba yang lebat, fauna-fauna yang eksotik, wilayah yang hangat sepanjang tahun, pemandangan alam yang menakjubkan dan budaya yang menawan.

Akhir-akhir ini, isu lingkungan terbesar adalah hilangnya keanekaragaman hayati terutama di negara-negara tropis yang mempunyai keanekaragaman hayati terbesar. Kerusakan dan hilangnya keanekaragaman hayati sudah mencapai tingkat yang membahayakan dengan perkiraan apabila penebangan hutan terjadi terus menerus maka sekitar 5 – 10 % spesies yang ada di dunia akan punah setiap sepuluh tahun sampai 30 tahun mendatang. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan keanekaragaman hayati di Indonesia dan dunia, yaitu adanya pembalakan liar, pembangunan besar-besaran/mega proyek seperti pembuatan jalan raya yang menembus hutan ataupun kawasan konservasi, pembangunan bendungan/waduk secara besar-besaran yang mengambil sebagian atau seluruh kawasan konservasi dan kegiatan pertambangan di kawasan konservasi atau taman nasional serta adanya perkebunan yang menggantikan heterogenitas tanaman hutan.

Selain itu, penyebab kerusakan keanekaragaman hayati yang tak kalah hebatnya adalah kepentingan ekonomi dimana terjadi peningkatan kegiatan industri yang selama ini cenderung tidak ramah lingkungan. Kegiatan ekonomi selama ini yang terjadi di Indonesia dan belahan dunia yang lain hanyalah bertujuan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan cara eksploitasi alam dan lingkungan melalui peningkatan industrialisasi. Adanya kemajuan teknologi untuk mendukung kegiatan ekonomi suatu negara kadangkala dapat menyebabkan eksploitasi alam mengalami peningkatan, misalnya adalah upaya untuk menggantikan keanekaragaman menjadi keseragaman dan monokultur pada sektor kehutanan, perikanan, pertanian dan peternakan melalui penerapan revolusi hijau dalam bidang pertanian, revolusi putih dalam bidang perusahaan peternakan (perusahaan susu) dan revolusi biru dalam bidang perikanan. 

Kerusakan sumberdaya hayati di planet bumi akan terus berlanjut apabila belum ada kesadaran dari semua pihak, baik masyarakat ataupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Laju kerusakan alam pun akan semakin meningkat seiring dengan konsep antroposentrisme yang selama ini dipegangg teguh oleh sebagian besar umat manusia. Untuk menghentikan kerusakan alam ini setidaknya diperlukan semangat manusia-manusia yang punya idealisme tinggi untuk menuarakan hak-hak alam, atau dalam kata lain diperlukan semangat masyarakat dunia yang berpegang kepada konsep ekosentrisme.

UFO Cult

Malam sekitar pukul 21.00 seperti biasanya langit cerah agak berawan dan bulan nampak hampir bulat tetapi bukan purnama, sebuah rutinitas memandang langit malam nampaknya bukanlah aktivitas menyenangkan bagi hampir semua orang apalagi sebuah rutinitas. Namun, bagi seorang anak yang kira-kira berumur empat belas atau lima belas tahun yang menurut warga kampung Kawis bernama Didi, memandang langit adalah rutinitas yang wajib dikerjakannya tiap malam ketika langit tidak mendung, dan untungnya di kota ini langit selalu cerah. Diam, tidak bicara, tidak bergerak, hanya melipatkan kedua kaki dan mendekapnya dengan menengadahkan kepala, dan kedua matanya tertuju hanya pada kilau bintang-bintang malam dan cerahnya langit malam sudah dijalani Didi paling tidak sejak tujuh tahun lalu. Empat jam atau semalaman sering dihabiskan Didi menatap langit malam yang cerah.

Tidak ada yang tahu persis sejak kapan Didi bertingkah aneh. Beberapa warga kampung Kawis, sebuah kampung tempat Didi tinggal menceritakan kalau peristiwanya berawal sejak dia lahir. Berbeda dengan penuturan Kakek pemilik warung kopi di samping rumah Didi, beliau menuturkan kejadian aneh yang menimpa Didi terjadi sejak sekitar tujuh tahun lalu ketika semua keluarganya tewas dengan tragis, tidak ada yang tahu penyebab kematian keluarganya, sampai sekarang. Sejak saat itu, Didi tinggal seorang diri di rumah yang terkesan tua, sebuah bangunan jaman Belanda yang terlihat angker, pintu dan jendela depan bergaya khas Eropa yang terbuat dari kayu jati dibiarkan setengah terbuka. Suara decitannya ketika diterpa angin sering dianggap keluar masuknya arwah keluarganya di rumah tua Didi. Semenjak kejadian tragis dan aneh itu, warga kampung Kawis tidak ada yang berani melewati rumah tua Didi ketika waktu menunjukkan 18.00 atau tepatnya saat maghrib tiba, apalagi ketika tidak sengaja bertemu dengan sesosok bertubuh kurus, berwajah lonjong dengan tulang pipi menonjol, sorot mata tajam, dan rambut gondrong tak beraturan. Ketakutan yang menjadi-jadi nampaknya sangat berpengaruh pada kehidupan keluarga kakek pemilik warung kopi di sebelah kiri rumah tua Didi. Jarang sekali warga kampung Kawis yang berkunjung ke warungnya bahkan siang sekalipun, akibatnya istri dan anaknya pindah ke kampung sebelah karena tidak tahan dengan suasana mencekam dan cerita-cerita tidak sedap dari warga kampung lainnya. Sang kakek pemilik warung kopi di sebelah kiri rumah tua Didi mengatakan bahwa semenjak kejadian itu, warga kampung menganggap sang kakek lah bersekongkol dengan Didi untuk menghabisi keluarga Didi.

Malam semakin larut, seperti biasanya, Didi duduk tak bergerak dengan mata tertuju pada cerahnya langit malam yang gelap. Dua hari yang lalu, dia duduk di teras rumahnya, kemarin dia duduk di sebelah kanan rumahnya yang dulunya bekas lapangan bulu tangkis warga sekitar yang sekarang sudah tidak berbentuk karena ditumbuhi rumput-rumput liar dan pohon kersen, dan malam ini dia duduk di depan warung kopi milik kakek di sebelah kiri rumah tuanya. Seringkali warga kampung melihat interaksi antara Didi dengan kakek pemilik warung kopi sebelah kiri rumah tua Didi, tidak ada yang tahu apa tentang percakapan yang mereka berdua lakukan. Sejak saat itu sebagian besar warga kampung menyebut si kakek sama gilanya dengan Didi dan merekalah penyebab kematian tiga orang keluarga Didi.

Nampaknya kakek pemilik warung kopi sebelah kiri rumah tua Didi bukanlah gila, tetapi dia sepertinya menyimpan rahasia besar yang sampai saat ini belum terungkap. Tidak ada yang berani lagi menginjakkan kaki di warung kopi sebelah kiri rumah tua Didi, bahkan untuk menyapa sang kakek yang semakin renta, hanya biasanya satu atau dua orang pegawai pemda di siang hari yang mengunjunginya untuk melepas lelah di saat jam istirahat kantor. Sebuah ironi memang, kedua orang yang membutuhkan perhatian tetapi dicampakkan begitu saja oleh tetangga-tetangganya hanya karena sesuatu yang belum pasti kebenarannya.

Sebuah lolongan panjang nampaknya sudah menjadi alunan tengah malam yang rutin terjadi. Bukan lolongan anjing-anjing kampung melainkan lolongan seorang anak manusia. Lolongan yang rasa-rasanya seperti jeritan ketakutan dan kesakitan menandakan adanya kejadian aneh di sekitar rumah tua Didi. Tidak ada yang berani mengintip, apalagi melihat kejadian apa yang tiap malam menghinggapi Didi. Lolongan itu tak hanya satu atau dua kali, tetapi bisa berkali-kali bahkan bisa hampir satu jam. Biasanya lolongan panjangnya disertai oleh padamnya lampu di kampung Kawis. Tidak ada yang tahu sama sekali hubungan antara lolongan Didi dengan padamnya lampu. Kejadian ini pun sudah terjadi sejak tujuh tahun lalu, bahkan PLN pun menyangkal kalau ada pemadaman lampu tiap tengah malam di kampung Kawis.

Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk hidup, apalagi bagi seorang anak yang belum menginjak remaja. Beberapa warga kampung Kawis pernah merasa iba dengan kondisi Didi, tetapi seiring waktu, hampir semua warga kampung membencinya, bahkan pernah beberapa bulan lalu seorang pemuda ketua karang taruna bermaksud untuk menangkap Didi dan membuangnya di kota sebelah tetapi niatan itu pun gagal terlaksana sampai sekarang, karena Didi tidak pernah menampakkan batang hidungnya saat matahari besinar, bahkan sang kakek pemilik warung kopi sebelah kiri rumah Didi pun tidak mengetahui keberadaan Didi saat siang hari. Nampaknya Didi adalah misteri yang tersimpan di kampung Kawis, tak hanya Didi, tetapi dari raut muka kakek pemilik warung kopi sebelah kiri rumah tua Didi pun sepertinya menyimpan misteri.

Alim, seorang ketua karang taruna dan pak Alam, seorang kepala desa tampaknya mempunyai ide gila untuk menangkap Didi saat malam tiba. Mereka berdua bertempat tinggal tidak jauh dari rumah tua Didi, di samping lapangan bulu tangkis sebelah kanan rumah tua Didi. Rencananya mereka akan menangkap Didi malam ini sekitar tengah malam atau ketika Didi mulai mengeluarkan lolongan panjangnya. Anehnya mereka melarang warga desa untuk ikut rencana mereka.

"biarlah kami yang rumahnya dekat dengan rumah si gila itu yang akan menangkapnya, kalian tinggal lihat hasilnya besok pagi", tutur pak Alam dalam rapat desa di balaidesa siang sebelum malam penangkapan. Empat orang yang akan berangkat dalam tugas besar kampung Kawis malam ini, merekalah yang rumahnya tidak jauh dari rumah tua Didi.

Malam pun tiba, seperti biasanya tidak ada yang berani menampakkan diri di halaman rumah atau pun teras rumah. Semua pintu dan jendela rumah-rumah warga kampung Kawis nampaknya sudah dikunci rapat-rapat. Waktu belum menunjukkan pukul 00.00, sebuah lolongan seperti malam-malam sebelumnya mulai terdengar, dan seperti biasanya diikuti dengan padamnya listrik. Nampaknya warga kampung sedang menyimak lolongan-lolongan Didi karena mungkin mereka berharap lolongan-lolongan aneh itu akan tiada. Waktu sudah beranjak sekitar lima belas menit, tetapi lolongan-lolongan Didi semakin menjadi-jadi, bahkan terdengar sangat memilukan.

Dua puluh menit berjalan sejak lolongan pertama, dan kali ini lolongannya melengking tinggi, tajam, dan memilukan, lalu tiba-tiba diikuti jeritan memilukan yang tidak putus, dan akhirnya melemah dan hilang. Meskipun suara lolongan sudah hilang, namun listrik masih padam. Tak berapa lama terdengar sebuah jeritan yang lain dari suara lolongan dan jeritan biasanya. Jeritan ini lebih lemah dan seperti suara orang yang sudah berumur tua. suara itu semakin lama semakin jelas.

"Tidaaaaaakkkkk tidaaaaaaaaakkkkkkkkkk", suara jeritan yang terdengar berulang-ulang dan semakin lemah.

Nampaknya warga benar-benar penasaran. Beberapa warga kampung Kawis tanpa dikomando memberanikan diri keluar rumahnya dan mengajak warga yang lain untuk menuju asal suara jeritan aneh. Sepertinya keberanian warga kampun Kawis sedang mencapai puncaknya setelah tujuh tahun keberanian mereka ditutupi oleh ketakutan yang berlebihan. Tua, muda, laki-laki, perempuan, pemuda, dan anak kecil semuanya beranjak menuju asal suara aneh sambil membawa penerangan yang mereka punya. Beberapa meter sebelum sampai di samping sebelah kanan rumah tua Didi yang menjadi asal suara, warga kampung Kawis benar-benar terkejut, jeritan ketakutan dan tangis tiba-tiba pecah di malam yang hening. Sepertinya keberanian warga kampung yang baru saja terkembang tiba-tiba hilang. Beberapa diantara dari mereka bahkan berlarian ke arah sebaliknya, berlarian secepatnya ke rumahnya. Beberapa yang lain diantaranya hanya berdiri kaku dengan wajah yang seolah-olah tak percaya apa yang telah mereka lihat.

Sebuah benda besar berkilau, sangat berkilau dan sangat terang, menerangi rumah tua Didi dan rumah-rumah di sekitarnya. Benda yang nampaknya berbentuk bulat lonjong dengan kilaunya menerangi kejadian aneh di kampung Kawis telah terekam di dalam otak sebagian besar kampung kawis. Alim, pak Alam, Dido, dan pak Toto nampak sedang tengkurap atau lebih tepatnya seperti gerakan bersujud ke arah benda besar berkilau itu, meraka berempat mengenakan pakaian berkilap dan nampaknya berwarna keperakan. Tidak jauh dari kejadian itu, Didi sudah terlihat hangus terbakar, tubuhnya yang kurus dengan tulang pipi yang menonjol masih dikenali oleh warga kampung Kawis yang masih bediri kaku. Di sebelah kiri dari tubuh Didi yang sepertinya sudah tidak bernyawa, tampak tubuh seorang kakek pemilik warung kopi sebelah kiri rumah tua Didi yang terlihat menggerak-gerakkan mulutnya seperti gerakan menjerit-jerit tetapi suaranya tidak keluar.

"Kejadian aneh apa lagi yang terjadi di kampung ini", seorang warga kampung yang masih berdiri kaku sepertinya tak sengaja berucap pelan. Nampak sebuah peristiwa yang ganjil yang mungkin baru pertama kali dilihat oleh warga kampung Kawis. Tak berapa lama setelah kejadian itu terekam dalam pikiran warga kampung yang masih berdiri kaku, benda bulat berkilauan itu tiba-tiba terangkat perlahan dan meningglakan seberkas sinar terang berwarna kehijauan dan setelah itu melayang dan terbang dengan sangat cepatnya seolah-olah menghilang dari pandangan warga kampung Kawis yang masih berdiri kaku menyaksikan kejadian janggal di malam ini. Lama mereka berdiri setelah hilangnya benda aneh dan misterius dalam pandangan mereka, kira-kira sekitar dua puluh menit-an, setelah itu mereka tersadar dan sebagian besar diantaranya jatuh dan pingsan. Pagi harinya baru mereka menyadari kejadian aneh yang terjadi semalam adalah peristiwa aneh yang terjadi setiap malam ketika terdengar lolongan Didi dan padamnya listrik kampung Kawis, sejak tujuh tahun lalu. Kakek pemilik warung sebelah kiri rumah Didi menceritakan hanya itu saja, karena sang kakek tiba-tiba dipanggil malaikat maut. Nampaknya kampung Kawis masih diliputi misteri sampai saat ini.

Mari Peduli dengan Biodiversitas Indonesia

Negri khatulistiwa dengan hamparan rimba raya. Siapa yang peduli?, pemerintah atau rakyat?.
Di saat pemerintah hanya mengurusi urusan ekonomi yang tak kunjung membaik begitupun juga rakyat yang dijejali kebutuhan-kebutuhan hidup ambigu. Siapa yang akan peduli dengan alam, siapa pula yang akan menyelamatkan alam. Bukankah unsur negara itu hanya pemerintah, rakyat, dan wilayah. Apakah alam disuruh mengurusi sendiri?, bisa juga, sebenarnya memang bukankah alam sudah mengurus dirinya sendiri. Namun, tangan manusialah yang menambahnya, sehingga lebih susah untuk diurus sendiri oleh alam.

Pemerintah seharusnya mendorong mayoritas rakyatnya untuk mencintai alam. Mengapa mayoritas?, karenayang minoritas sudah dengan susah payah membantu alam untuk tetap lestari. Para kaum minoritas yang tertindas oleh mayoritas dan pemerintah. Pemerintah adalah pembuat kebijakan, kalau "kebijakannya" aja sudah menganaktirikan alam, apa jadinya alam Indonesia ini. Hutan akan dibabat habis diganti sawit, satwa liar punah pemerintah tidak mau tahu, dan bencana alam.

Indonesia sebuah negara megabiodiversity. Harusnya kita sebagai bangsa Indonesia, merasa bangga. Namun, bukan hanya sebatas bangga-bangga saja, minimal harus ikut upaya menjaga status megabiodiversity. Indonesia dikaruniai alam yang luar biasa menakjubkan, inilah modal negara kita diakui dunia sebagai negri yang indah dan indah. Apa jadinya jika kerusakan demi kerusakan terjadi, apakah nantinya Indonesia hanya dikenal sebagai negara terkorup di dunia?, entahlah.

Jumat, 06 Mei 2011

Bangsa Jawa Penakluk Dunia di Masa Lampau

Bangsa nusantara menaklukkan bangsa-bangsa di dunia?, hmm, kedengarannya seperti pertanyaan yang aneh dan mungkin orang-orang yang mendengarnya akan tertawa lantang. Yang terpikirkan di benak sebagian besar masyarakat (kususnya masyarakat Indonesia) mungkin adalah "mana mungkin bangsa ini mampu menaklukkan dunia, lha wong kompetisi sepak bola di regional asia tenggara aja seperti itu". Nampaknya memang seperti mengada-ada. Namun, jika mencermati relief-relief yang terukir di candi Cetho dan Penataran, mungkin pemikiran selama ini yang mengatakan "itu adalah hal yang mustahil meskipun di masa lampau" akan berubah menjadi kekaguman dan jangan salahkan ketika bergumam, "luar biasa, sebuah sejarah yang belum terungkap".

Candi Cetho yang terletak di gunung Lawu dan candi Penataran di Blitar mungkin merupakan candi yang masih menyimpan misteri dan menunggu untuk diungkap kemisteriusannya. Banyak blog yang mengulas tentang misteri dan keunikan dua candi ini. Unik dan misterius, sebab menceritakan tentang bangsa Jawa (nusantara) yang menaklukkan dunia. Betapa hebatnya nusantara kala itu, penaklukan yang kemudian disertai dengan pengangkatan bangsa Jawa sebagai pemimpin dunia. Mungkin cerita semacam itu bukan hanya terdapat di kedua candi yang lokasinya berjauhan tersebut. Kemungkinan masih banyak candi-candi yang menceritakan kisah bangsa jawa menaklukkan bangsa-bangsa di dunia. Sangat menarik untuk dikaji.

Sepertinya yang masih belum bisa terungkap adalah hubungan antara kebudayaan bangsa-bangsa di Amerika latin kala itu dengan kebudayaan Jawa. Karena benar-benar terdapat suatu kemiripan sarana budayanya, seperti bangunan candi. Betapa hebatnya sejarah masa lampau