Jumat, 18 Juli 2014

Rusa Bawean Ragunan

Seekor rusa bawean merumput di salah satu kandang rusa di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2014).

Selasa, 15 Juli 2014

Kelestarian Keanekaragaman Hayati Di Sekitar Kita



Indonesia adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati, bermacam-macam dan berjenis-jenis satwa dan tumbuhan hidup di negara kepulauan ini. Begitu kayanya, banyak dari mereka belum sempat terurus. Tingginya nilai keanekaragaman hayati negeri ini adalah suatu anugerah yang diturunkan Tuhan ke negeri yang bernama Indonesia. Karena kita adalah manusia yang beriman, maka segala macam anugerah dari Tuhan sudah seharusnya dan wajib kita syukuri. Mensyukuri keanekaragaman hayati yang begitu besarnya dapat kita lakukan dengan aksi nyata peduli dan ikut melestarikan keanekaragaman hayati. Namun, banyak dari masyarakat yang belum menyadari anugerah tersebut. Sehingga negara berupaya keras melindungi keanekaragaman hayati dengan membagi-baginya ke dalam wilayah yang dilindungi dan tidak. Kawasan yang dilindungi (konservasi) merupakan kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati tinggi, dimana di kawasan ini diberlakukan pembatasan aktivitas manusia.

Sebenarnya, hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai nilai keanekaragaman yang tinggi, baik itu di dalam kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi. Namun, saat ini dengan adanya pertambahan penduduk dan pembangunan fisik yang tinggi, keanekaragaman hayati di luar kawasan konservasi mulai berkurang. Misalnya, keanekaragaman burung, dua puluh tahun lalu, mungkin di kota sebesar Jakarta masih dijumpai banyak jenis-jenis burung dengan kelimpahan setiap jenis yang tinggi. Namun, saat ini, di tahun 2014, keanekaragaman burung di kota besar seperti Jakarta sudah mulai berkurang, dan kita hanya bisa menjumpai di daerah-daerah pinggiran atau taman-taman kota, dan itu pun dengan kondisi kelimpahan yang memprihatinkan.

Tidak hanya itu, satwa yang lain juga meraskan kondisi seperti yang dialami satwa burung. Misalnya saja beberapa jenis reptil, amfibi, kupu-kupu dan capung. Beberapa jenis capung yang sangat sensitif terhadap pencemaran lingkungan mungkin sudah tidak bisa dijumpai lagi di kota-kota besar, bahkan mungkin bisa dibilang punah. Sungguh sangat memprihatinkan. Seharusnya, kelestarian keanekaragaman hayati di luar kawasan lindung mendapat prioritas utama dalam pembangunan kota atau daerah, karena kelestariannya akan sangat mendukung kelestarian keanekaragaman hayati di dalam kawasan lindung yang saat ini kita pertahankan mati-matian.

Bisa dibilang, kelestarian keanekaragaman hayati berada di ujung tanduk kepunahan. Laju kepunahan memang tidak bisa dihentikan, tetapi lajunya harus diperlambat dan harus sangat-sangat diperlambat. Di dalam kawasan lindung, adalah peran pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang utamanya adalah pelestarian diiringi dengan penegakan hukum setinggi-tingginya dan pelibatan peran serta masyarakat sekitar. Di luar kawasan lindung, adalah peran pemerintah dan masyarakat yang sadar dan peduli akan pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati yang ada di sekitar. Memang, undang-undang dan peraturan pemerintah sudah hampir mengakomodasi untuk perlindungan keanekaragaman hayati negeri ini, tetapi kepedulian sebagian besar masyarakat masih belum menuju ke sana. Di luar kawasan lindung, sering kebijakan yang sudah ada sebelumnya berbenturan dengan kepentingan kelompok tertentu, misalnya saja pemerintah daerah atau kabupaten yang tidak “mematuhi” kebijakan yang ada sebelumnya, bahkan cenderung dibilang mengeksploitasi, atau pembangunan fisik daerah yang jauh dari pembangunan hijau.

Sudah saatnya kita yang sadar ikut menyadarkan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati di dalam dan di luar kawasan lindung (konservasi) kepada masyarakat umum. Mungkin untuk saat ini, kita juga harus dua kali lebih banyak menyuarakan pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati di luar kawasan lindung, karena kelestarian di luar kawasan bisa dibilang sangat-sangat mengkhawatirkan. Bagaimana dan dengan cara apa penyadaran itu dilakukan?, mungkin yang sangat mudah adalah mengenalkan jenis-jenis satwa dan flora yang hidup di sekitar tempat tinggal kita, bisa melalui karya visual, audio-visual atau suatu kegiatan. Cara yang berikutnya adalah ikut mengawal dan memantau kebijakan dan pembangunan pemerintah daerah. Selainn itu, cara berikutnya adalah membuat tata aturan mengenai pelestarian suatu jenis satwa atau flora di tingkat kelompok masyarakat yang lebih kecil, misalnya desa, seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat di salah satu desa di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang membuat aturan mengenai pelestarian burung serak jawa (Tyto alba). Di desa tersebut, masyarakat sudah sadar dan peduli akan kelestarian burung serak jawa yang berpotensi sebagai predator alami bagi hama tikus di persawahan.

Harapan pasti ada, begitupun dengan kelestarian keanekaragaman hayati negeri ini. Laju kepunahan yang semakin meluncur cepat, harus ditekan dilambatkan. Kunci dari kelestarian adalah kebijakan pemerintah disertai penegakan hukum yang tegas, serta diiringi oleh partisipasi masyarakat yang sadar dan peduli. Kelestarian keanekaragaman bukanlah absurd dan bukanlah tidak memberikan efek apapun, kelestarian keanekaragaman hayati akan memberikan efek yang holistik, meluas ke seluruh bagian-bagian kehidupan. Kelestarian keanekaragaman hayati akan memberikan efek kelestarian dan peningkatan produktivitas lahan-lahan pertanian di suatu wilayah secara langsung maupun tidak langsung.

Salam Lestari !!!


Minggu, 13 Juli 2014

Coretan Pagi Tentang Pohon



Mungkin tidak banyak yang menyadari betapa uniknya sebuah pohon di suatu kota besar yang sangat ramai. Pohon layaknya seorang ibu yang menjadi tempat keluh kesah orang-orang yang capek dan lelah setelah mengadu nasib di kala siang hari, lihatlah banyak dari mereka yang berteduh di bawahnya sambil mengadu tentang nasib-nasibnya. Pohon juga layaknya seorang teroris bagi kehidupan kota besar, karena sewaktu-waktu akan mengancam mewahnya kehidupan orang-orang kota, lihatlah ketika pohon ambruk menimpa sebuah mobil mewah. Pohon juga layaknya seorang rakyat kecil yang siap-siap digusur bahkan dimatikan hak hidupnya kala kebutuhan kota sedang tidak membutuhkan kehadiran pohon, tetapi membutuhkan tembok-tembok beton. Pohon juga layaknya papan reklame gratis, yang setiap saat bisa ditempeli papan-papan iklan.

Untunglah mereka, pohon, tidak atau memang belum dapat berbicara, protes, dan bahkan melakukan gerakan people power kepada manusia kota. Mereka hanya sambat dan prihatin, betapa munafiknya makhluk yang namanya manusia kota. Mereka, manusia kota, menganggap pohon hanyalah “perusak” sebuah rencana pembangunan kota besar, tetapi di sisi lain, mereka sering berbondong-bondong menikmati keteduhan pepohonan di kala bebas aktivitas kantor. Tidak sedikit pohon di kota besar yang “diculik” dan dihilangkan hak hidupnya hanya untuk sebuah pembangunan fisik kota, yang menurut pribadi ini merupakan pembangunan yang absurd.

“Apa salahnya sebuah pohon di kota besar?”, mereka hidup bukan untuk mereka sendiri, melainkan hidup untuk mendukung kehidupan makhluk lain. Jika akar-akar mereka merusak trotoar atau aspal, itu bukan salah mereka, karena mereka membutuhkan sedikit kemauan manusia untuk berbagi dengan mereka. Apa salahnya jika pembangunan trotoar dan aspal tersebut disesuaikan dengan fisik sebuah pohon yang ada di sana. Mereka, pohon, tidak meminta-minta untuk hidup. Mereka contoh makhluk yang kreatif yang ada di bumi ini. Mereka menghasilkan suatu karya besar dari bahan-bahan mentah yang selama ini belum banyak dipikirkan manusia. Bisa dibilang, mereka berprinsip, hidup untuk berkarya.

Lihatlah banyak makhluk-makhluk lemah lainnya yang berlindung di dalam rapuhnya pohon di sebuah kota besar. Katakanlah, misalnya satwa, mungkin ada beberapa satwa yang mulai terancam kepunahannya di dalam sebuah pohon di kota besar. Sungguh manfaat mereka, pohon, adalah sangat besar bagi kehidupan manusia, entah itu di kota atau di desa. Keteduhan dan udara yang bersih, adalah karya dari makhluk yang namanya pohon. Lantas, mengapa banyak dari kita yang tidak menyukai kehidupan sebuah pohon?, apakah kita sudah tidak membutuhkan oksigen lagi untuk bernapas?, dan apakah keteduhan-keteduhan alami sudah tergantikan oleh adanya air conditioner?


Pembangunan fisik sebuah kota besar yang selama ini tidak ramah lingkungan hidup sudah seharusnya diubah. Namun, yang utama harus dilakukan perubahan adalah sikap dari semua masyarakat dalam memandang sebuah pohon. Pohon adalah makhluk yang juga harus kita hargai keberadaannya di tengah-tengah kehidupan kita. Pohon adalah makhluk hidup seperti kita yang mempunyai hak hidup. Apabila banyak masyarakat yang bersikap “baik” kepada pohon, maka tidaklah sulit suatu kebijakan yang pro terhadap lingkungan hidup akan tercipta.

Kamis, 10 Juli 2014

Negeriku Yang Bangkit dan Hebat (Catatan Paling Ngawur)

Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 telah usai, meskipun penetapan pemenangnya oleh Komisi Pemilihan Umum masih menunggu waktu, oleh pendukungnya, si pemenang sudah bisa ditetapkan sore hari di tanggal 9 Juli tersebut. Negara ini benar-benar hebat dan bangkit, inilah saatnya Indonesia bangkit dan hebat, karena kita akan mempunyai dua orang presiden sekaligus. Dibilang NKRI pecah sih tidak ya, tetapi kita akan menjadi satu-satunya negara kesatuan di dunia ini yang punya dua orang presiden. Mereka masing-masing sudah memproklamasikan diri sebagai “presiden”. Kita patut acungi satu jempol atau dua jempol untuk mereka ini. Luar biasa, benar-benar membuat negeri kita menjadi hebat dan bangkit.

Dipersilakan bagi setiap rakyat Indonesia untuk “mengekor” pada salah satu presiden, dan sebaiknya jangan dua-duanya, mentang-mentang mencoblos nomor satu dan dua. Apabila sudah menjadi penganut masing-masing presiden, maka siapapun itu wajib tunduk dan patuh terhadap peraturan yang dibuatnya. Tidak boleh berpindah dari satu presiden ke presiden lainnya karena hal itu akan membuat kita menjadi pribadi yang sangat labil dan mencla-mencle. Serta janganlah menjadi pribadi yang bersifat oportunis meskipun sifat seperti itu sangatlah menyenangkan. Dihimbau juga untuk tidak memisahkan dari NKRI, apalagi tidak menyukai kedua presiden tersebut, karena negara ini masih membutuhkan rakyat seperti ini.

Luar biasa negeriku ini, akan bangkit dan hebat dalam waktu sekejap. Masing-masing presiden akan terhindarkan dari kritik dan caci-maki rakyat Indonesia, karena rakyat yang sudah memilih masing-masing presiden sudah menyerahkan hatinya dan tunduk fanatik kepada masing-masing dari mereka, sehingga presiden pun tidak akan terancam kudeta atau sebagainya itu. Tidak ada aktivis yang koar-koar ingin menjatuhkan presiden karena jika itu dilakukan berarti mereka menampar muka sendiri. Semuanya akan hidup tenteram dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena saking fanatiknya, maka yang sangat dikhawatirkan adalah suasana di akar rumput. Sedikit gesekan akan bisa menyebabkan pertumpahan darah. Adik-kakak bisa saling cakar-cakaran gara-gara hal sepele, misalnya sang adik mengenakan satu cincin dan sang kakak mengenakan dua cicncin. Suami-istri bisa saling tampar-tamparan gara-gara sang suami tidak sengaja bilang satu dan sang istri bilang dua. Inilah yang membuat kengerian tersendiri di negeri ini. Bisa dibilang, banyak mental-mental masyarakat yang dibiarkan teronggok begitu saja oleh mereka sang pemimpin tertinggi NKRI. Di bidang pembangunan fisik, Indonesia akan sangat maju, bangkit dan hebat, lahan pertanian akan berlimpah, sumber pangan melimpah, meningkatnya badan usaha milik desa, energi akan berlimpah.


Inilah negeriku, luar biasa hebat dan bangkit. Selamat untuk yang terhormat bapak presiden Prabowo Subianto dan bapak wakil presiden Hatta Rajasa, serta yang terhormat bapak presiden Joko Widodo dan bapak wakil presiden Jusuf kalla. Selamat kepada dua pasang presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang terpilih. Luar biasa bangkit dan Hebat !!!

Selasa, 08 Juli 2014

Untuk Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 (Catatan Ngawur)

Hari ini adalah hari dimana seluruh bangsa Indonesia merayakan puncak dari pesta demokrasi. Dua pasang calon presiden dan wakil presiden akan “bertarung” di dalam arena pemilihan untuk keluar sebagai juara. Ya, mereka adalah juara tetapi bukan pemenangnya. Pemenangnya adalah seluruh rakyat Indonesia. Saat ini, rakyat sudah hampir cerdas, mampu memilah dan memilih berdasarkan apa yang mereka inginkan, serta menolak sebuah pemaksaan, walaupun tidak sedikit yang mudah diprovokasi untuk menjadi bodoh. Pemilu adalah sebuah ajang pengharapan untuk kehidupan bangsa dan negara yang lebih baik di masa mendatang, tentunya lima tahun kedepan. Lima tahun bukanlah waktu yang lama, tetapi kebijakan yang mereka susun akan sangat terasa oleh bangsa ini, entah itu kebijakan yang positif, negatif, atau abu-abu. Jika pemimpin yang terpilih ternayata “menyengsarakan” kehidupan bangsa dan negara, maka setelah lima tahun habis kepemimpinannya, pemimpin seperti itu tidaklah layak untuk dipilih kembali, atau jika pemimpin terpilih bersikap terlalu menyengsarakan kehidupan bangsa dan negara, maka silakan melakukan gerakan people power.
Pemilihan presiden kali ini sangatlah berbeda, sejak pemilihan presiden langsung yang dipilih oleh rakyat pada tahun 2004, pilpres tahun 2014 ini sangatlah unik, menurut saya pribadi. Jika dua periode sebelumnya, pilpres selalu berlangsung dua putaran, maka kali ini pilpres hanya berlangsung satu putaran saja, karena hanya terdapat dua pasang kandidat, dan telah disetujui oleh Mahkamah Konstitusi untuk berlangsung satu putaran. Kondisi ini sangatlah menguntungkan bagi kas negara, sehingga uang negara tidak dihambur-hamburkan begitu saja. Semoga dalam pilpres kali ini kedua kandidat mendapatkan persentase yang sama, dan semoga semua masyarakat sudah menggunakan hak pilihnya, dan hanya tinggal diri pribadi ini yang belum menggunakan hak pilih, sehingga diri pribadi ini bisa melelang suara ini kepada kandidat yang ingin menjadi juara dengan harga yang fantastis.
Harapan di pilpres kali ini adalah semoga hari pemilihan ini dan pasca pemilihan adalah hari-hari yang damai serta tidak terjadi chaos. Untuk pemimpin tertinggi republik ini, semoga anda benar-benar pemimpin yang dibutuhkan republik yang ber-bhinneka ini. Jika anda dekat dengan harapan rakyat, maka kami mendukung sepenuh hati, tetapi Jika anda jauh dari harapan, kami akan siapkan gerakan people power untuk “menempeleng” anda. Selamat memilih untuk rakyat Indonesia dan selamat berpesta demokrasi.



Jumat, 04 Juli 2014

Bencana Di Dusun Gamping

Hanya tersisa tiga pohon jati, satu pohon randu, dan satu pohon beringin  yang hidup di dusun Gamping. Kelima pohon yang sudah berumur tua tersebut tumbuh saling berdekatan satu sama lain membentuk kanopi yang begitu rimbun, sehingga ketika siang hari, tempat tersebut sangatlah teduh. Banyak warga yang melepas lelah di bawah kelima pohon tersebut ketika siang menjelang. Warga dusun sangat menghormati keberadaan kelima pohon tersebut, bahkan mbah Kuncung, sesepuh dusun pernah berpesan bahwa setiap warga harus mempertahankan kehidupan kelima pohon tersebut. Tidak ada yang tahu pasti maksud dari pesan mbah Kuncung, tetapi banyak warga yang menebak bahwa kehidupan kelima pohon tersebut berpengaruh terhadap kehidupan sumber air dusun Gamping. Memang di bawah kelima pohon tua tersebut terdapat satu sumur yang mungkin umurnya setua kelima pohon yang menaunginya. Ada yang bilang, sumur tua tersebut dibangun oleh salah satu wali songo, dan ada juga yang berpendapat bahwa sumur tua tersebut sudah ada sejak jaman Majapahit. Menurut penuturan warga, air di sumur tua tersebut tidak pernah berkurang sedikitpun meski setiap hari dipergunakan oleh hampir semua warga dusun. “Sumur bertuah”, begitu warga dusun menyebutnya, bahkan air dari sumur tersebut dipercaya menyembuhkan segala macam penyakit.

Namun, hari ini terjadi keadaan yang tidak biasanya, suatu keanehan bagi warga dusun Gamping, air sumur tiba-tiba mengering, sama sekali tidak ada setetes air pun di dasar sumur.  Tidak ada yang tahu penyebabnya. Beberapa warga menduga bahwa mengeringnya air sumur disebabkan oleh menghilangnya mbah Kuncung sejak kemarin malam. Lik Suket, anak sulung mbah Kuncung berujar bahwa bapaknya belum pulang ke rumah semenjak maghrib kemarin, setelah sebelumnya berpamitan untuk sholat maghrib berjamaah di dusun Jambu, yang terletak sekitar sepuluh kilometer dari dusun Gamping. Sejak tengah malam, keluarga mbah Kuncung sudah berpencar untuk mencari keberadaannya, tetapi sampai pagi ini belum membuahkan hasil. Sebenarnya warga tidak begitu gempar mendengar mbah Kuncung menghilang, namun mereka menjadi gempar manakala air sumur mengering yang kemudian mereka kaitkan dengan menghilangnya mbah Kuncung. Sebelumnya, mbah Kuncung sering beberapa kali menghilang, tetapi tidak disertai oleh mengeringnya sumur. Dari kejadian menghilangnya mbah Kuncung sebelumnya, banyak warga beranggapan bahwa mbah Kuncung sering bertapa di gua Codot yang letaknya di ujung dusun Gamping. “Bertapa untuk keselamatan dusun”, begitulah warga dusun Gamping menyebutnya.

Tidak banyak warga dusun yang mengenal pribadi mbah Kuncung. Mbah Kuncung merupakan tipe orang pendiam, hanya berbicara jika perlu. Namun, warga dusun menyebut bahwa mbah Kuncung adalah salah satu orang yang membawa kebaikan bagi dusun Gamping. Warga yang mempunyai masalah, baik masalah keluarga maupun masalah ekonomi biasanya meminta bantuan mbah Kuncung. Nasehat-nasehat mbah Kuncung biasanya selalu dinanti-nantikan oleh hampir semua warga ketika acara sedekah bumi berlangsung. Meskipun umurnya yang sudah mencapai delapan puluh tahun, fisik mbah Kuncung masih terlihat kuat dan bugar. Setiap hari sehabis subuh dan ashar, mbah Kuncung selalu mengunjungi sumur tua dan selalu menyapu lantai sekitar sumur dari daun-daun kering yang berserakan.

Banyak warga bertanya-tanya mengenai keanehan yang terjadi hari ini. Beberapa warga beranggapan bahwa mengeringnya sumur dan menghilangnya mbah Kuncung diakibatkan oleh murkanya mbah Kuncung terhadap perilaku beberapa warga dusun Gamping yang tidak menuruti apa yang telah dipesankannya. Beberapa warga dusun dengan begitu mudahnya menjual tanahnya kepada orang-orang asing.

“Jika kalian terus menyerahkan tanah kalian kepada mereka, maka kekeringan akan melanda dusun Gamping!”, ucap mas Konyik, salah satu warga dusun menirukan ucapan mbah Kuncung beberapa waktu lalu.

Bencana besar benar-benar melanda dusun Gamping hari ini. Hampir seluruh warga dusun ribut dan kebingungan mencari air. Beberapa warga sudah berbondong-bondong membawa jerigen air dan ember-ember air menuju dusun Jambu. Dusun Jambu adalah dusun terdekat dari dusun Gamping, dan di sana terdapat beberapa sumber air. Beberapa warga terlihat mengantri di salah satu sumur dusun Jambu. Bahkan salah satu warga, mbah Rejo pingsan lantaran saking lamanya mengantri air.

Menurut mas Konyik, mengeringnya sumur dusun Gamping akan menyebabkan mengeringnya pula sumur-sumur lain di dusun sekitar dusun Gamping, tidak terkecuali dusun Jambu. Diantara warga yang mengantri air, mas Konyik terus menerus mengingatkan warga dusun Gamping untuk tidak berlebihan mengambil air di dusun Jambu, karena dusun Jambu adalah harapan satu-satunya sumber air bagi warga dusun Gamping dan dusun Jambu. Sebagian warga menganggap apa yang dikatakan mas Konyik ada benarnya, sedangkan sebagian yang lain menganggap bahwa mas Konyik hanyalah pembual.

Dusun Gamping hari ini benar-benar terlihat gersang, terik begitu menyengat kulit dan sama sekali tidak ada air. Beberapa warga berdiam di rumahnya, dan beberapa warga lainnya berdiam di bawah rindangnya kanopi yang disusun oleh lima pohon tua. Hanya lagu campursari yang mengalun beriringan dengan suara-suara ledakan dinamit di kejauhan serta bercampur teriknya mentari siang, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari warga yang berteduh tersebut. Beberapa dari mereka bertelanjang dada karena kegerahan dan diam menundukkan kepala, beberapa lainnya lagi bersandar di batang pohon sambil menatap langit. Mungkin penyesalan telah menghinggapi hati mereka.

Waktu pun bergulir dengan cepat, tidak terasa siang yang begitu terik berganti menjadi sore yang teduh. Mentari yang mulai jatuh ke ufuk barat melepaskan cahayanya yang begitu hangat, membentuk kilauan-kilauan kekuningan di tanah kapur dan  bukit kapur di sekeliling dusun Gamping. Waktu beranjak, tetapi sumur tetap kering dan mbah Kuncung tidak kunjung muncul. Raut-raut wajah kekhawatiran mulai terlihat di setiap warga dusun. Mungkin mereka sudah merasa khawatir lantaran kehidupan mereka di dusun Gamping akan berhenti mulai hari ini.

“Ini adalah salah kita semua, kenapa kita begitu mudahnya menjual tanah kita kepada orang-orang asing itu, lihatlah apa yang pernah dikatakan mbah Kuncung akhirnya terjadi.”, ujar mas Konyik diantara warga dusun yang masih berdiam di bawah rindangnya lima pohon tua.

“Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang, sudah tidak mungkin kita mengambil tanah-tanah kita lagi, mereka sudah memulai usahanya.”, jawab pak Brengos, salah satu warga dusun yang masih berdiam di bawah pohon tua tersebut.

“Ya, ini salah kami, betapa bodohnya kami, begitu mudahnya kami menggadaikan kehidupan dusun Gamping dengan beberapa harta yang tidak begitu bernilai.”, ujar pak Sukun, salah satu warga dusun yang tengah melihat-lihat ke arah dalam sumur.

Tidak begitu lama, adzan maghrib pun berkumandang, beberapa warga masih terdiam di bawah rindangnya pohon-pohon tua, beberapa lagi bergegas menuju rumah masing-masing. Tampaknya warga dusun masih belum percaya terhadap apa yang menimpa dusun ini. Air adalah sumber dari kehidupan, ketika air menghilang sama sekali, maka kehidupan pun akan lenyap, mungkin itulah yang mengendap di dalam pikiran setiap warga dusun saat ini. Dari kejauhan terlihat beberapa teriakan warga dusun yang mengajak untuk bertobat.

Selepas maghrib, beberapa warga menuju rumah mbah Kuncung yang letaknya tidak begitu jauh dari sumur tua dan lima pohon tua. Mereka merasa penasaran dengan apa yang tengah terjadi pada mbah Kuncung, lantaran sudah satu hari ini mbah Kuncung tidak tampak batang hidungnya. Beberapa warga menganggap bahwa mbah Kuncung sengaja disembunyikan oleh keluarganya, dan yang lain beranggapan bahwa mbah Kuncung disembunyikan makhluk gaib. Rumah mbah Kuncung hanyalah rumah joglo kuno yang beralaskan tanah dengan halaman luas tanpa ditumbuhi pohon apapun. Saat ini rumah tersebut ditinggali Lik Suket beserta istri dan ketiga anaknya. Sebenarnya hampir semua warga merasa tidak begitu suka dengan Lik Suket karena sikap Lik Suket terhadap mbah Kuncung yang tidak mencerminkan sikap seorang anak kepada orang tuanya dan sering sekali Lik Suket bersikap semena-mena terhadap warga dusun. Selama ini hampir semua warga enggan berhubungan dengan Lik Suket dan keluarganya, bahkan sekedar menyapa pun mereka enggan. Jika bukan karena figur mbah Kuncung yang dituakan di dusun Gamping, mungkin Lik Suket beserta keluarganya sudah diusir dari dusun.

Dengan membawa obor, beberapa warga mengerumuni rumah mbah Kuncung, beberapa mengucapkan salam. Namun tidak terdengar jawaban dari dalam rumah, hanya sayup-sayup terdengar suara rintihan kesakitan. Suara rintihan kesakitan itu semakin lama semakin jelas terdengar. Beberapa warga dengan dipimpin mas Konyik memberanikan diri untuk masuk ke rumah joglo kuno itu. Pintu berbahan kayu jati yang tidak terkunci memudahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah mbah Kuncung. Keadaannya sepi, tidak ada seorang pun keluarga mbah Kuncung di dalam rumah, hanya suara rintihan yang mereka dengar. Mas Konyik dan pak Brengos langsung mencari dan menuju sumber suara tersebut. Suara rintihan tersebut berasal dari sebuah kamar tidak jauh dari ruang dapur.

“Brakkk!”, suara pintu didobrak.

Betapa kagetnya mas Konyik dan pak Brengos mendapati mbah Kuncung terkapar dan merintih kesakitan di lantai kamar. Dengan dibantu warga, mbah Kuncung dibawa menuju rumah mantri di dusun Jambu. Di sekitar tempat mbah Kuncung, didapati sepucuk surat dengan kop surat sebuah perusahaan penambangan batu gamping.  Surat tersebut merupakan surat persetujuan mengenai pembelian tanah, dan di bagian bawah surat belum berisikan tanda tangan mbah Kuncung selaku pemilik tanah.

Sejak sekitar enam bulan lalu, banyak perusahaan penambangan dan pengolahan batu gamping melirik potensi batu gamping di dusun Gamping. Mereka mengiming-imingi warga dusun dengan uang yang banyak supaya warga menjual tanahnya dan menandatangani surat persetujuan penambangan. “Ganti untung”, perusahaan tersebut menyebutnya.  Banyak warga yang tertarik dengan penawaran perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga beberapa warga sudah melepas tanahnya. Sejak satu bulan lalu, kegiatan penambangan di dusun Gamping sudah dilakukan, dan hari ini terjadi peningkatan kegiatan penambangan batu gamping.  Mbah Kuncung merupakan orang yang menolak penambangan batu gamping tersebut, mbah Kuncung selalu memperingatkan warga dusun akan bahayanya penambangan batu gamping. Namun, beberapa warga dusun tidak menghiraukan peringatan mbah Kuncung, karena banyak dari mereka yang terjerat kemiskinan.

“Kita akan semakin miskin ketika kita menjual tanah ini kepada penambang batu gamping.”, begitulah kira-kira kalimat yang pernah terlontar dari mulut mbah Kuncung.


Akhirnya,  kemiskinan dan lenyapnya kehidupan benar-benar akan mengancam dusun Gamping. Warga pun hanya berharap semoga bencana ini hanyalah bencana sesaat. Mereka masih berharap bahwa esok sumur tua di bawah lima pohon tua akan berisi air kembali.

Rabu, 02 Juli 2014

Corat-Coret Konyol Menjelang Pilpres 9 Juli

Gontok-gontokan, saling menyudutkan, dan tak jarang saling berkelahi antara satu dengan lainnya. Itulah yang tengah terjadi di negeri ini menjelang pesta demokrasi tanggal 9 Juli nanti. Mereka yang mengaku pendukung masing-masing capres-cawapres berlaku seperti itu, mereka tak jauh berbeda dengan anak kecil. Seolah-olah capres-cawapres yang mereka dukung adalah manusia pemimpin sempurna di negeri ini. Bisa dibilang bahwa mereka terlalu fanatik, bahkan ekstrem dalam hal dukung mendukung ini. Hanya satu yang dikhawatirkan dalam kondisi ini, yaitu tidak adanya kata “legowo” dan “”ikhlas” dalam menerima kekalahan capres-cawapres yang didukungnya kelak. “Anarkis”, itulah satu kata yang paling dikhawatirkan setelah tanggal 9 Juli kelak, menjadi chaos dan akhirnya Indonesia pecah di tahun 2015 seperti yang diprediksi oleh Direktur Utama Komite Perdamaian Dunia (The World Peace Committe), Djuyoto Suntani.

Indonesia pecah lantaran tidak ada figur seperti Soekarno di masa silam yang mampu meredam keinginan masing-masing kelompok. Saat ini sudah semakin terlihat, setiap dan masing-masing kelompok merasa mempunyai keinginan yang ingin mereka munculkan di negeri ini, dan mereka tidak mau mengalah atau bertoleransi terhadap kelompok lain. Mungkin bisa dibilang, negeri ini menjadi rebutan antar kelompok. Apa yang membuat negeri ini ibarat kue bolu?, tentu jawaban yang umum adalah sumber daya alamnya. Untuk mendapatkan itu semua tentunya dengan satu kata, yakni “kekuasaan”.

Saya pribadi masih meyakini sampai detik ini bahwa di belakang setiap calon pemimpin tertinggi pasti ada kelompok-kelompok yang ingin eksis nantinya ketika calon pemimpin menjadi pemimpin tertinggi negeri ini dan mereka akan mendapatkan jatah kekuasaan dalam skala yang lebih kecil. Atau bahkan mereka mampu “meracuni” pemimpin tertinggi sehingga mereka mendapatkan jatah dalam skala besar.

Perihal pemilihan capres-cawapres saat ini, sudah terlihat bagaimana kelakuan kelompok-kelompok pendukungnya, ada yang bilang kampanye hitam lah ada yang bilang menyesatkan lah. Mayoritas dari mereka merasa dizolimi ketika capres-cawapres yang mereka dukung ditelanjangi di muka umum. Ada yang beranggapan bahwa memilih salah satu pasangan capres-cawapres adalah haram hukumnya. Ada yang mengaitkan dengan fasisme, komunisme, dan lain sebagainya. Buruknya adalah tataran akar rumput juga ikut terjebak dalam kondisi seperti ini, bahkan bentrokan antar mereka juga kerap terjadi. Menurut saya, ini adalah kondisi yang sangat menjijikkan di negeri ini. Pertanyaan yang ada di benak adalah kenapa masyarakat tidak dibuat pandai politik oleh mereka yang menguasai perihal politik?

Ada yang bilang, jika kita ingin melihat kelihaian seorang calon pemimpin maka berikanlah kesempatan memimpin. Kedua pasang capres-cawapres adalah manusia Indonesia ideal saat ini untuk menjadi pemimpin tertinggi. Sebuah gagasan konyol tiba-tiba muncul dari pikiran yang sadar, bagaimana jika republik ini dibagi saja (bukan dipecah) menjadi dua bagian, satu bagian dipimpin oleh capres-cawapres nomor urut satu, dan satu bagian lagi dipimpin oleh capres-cawapres nomor uurut dua. Dengan begitu maka gontok-gontokan dan perang urat syaraf dapat terhindarkan. Selama memimpin, rakyat masing-masing presiden-wakil presiden akan dengan jelas mengetahui kelihaian kepemimpinan pemimpin yang mereka dukung. Jika tidak sesuai harapan mereka boleh saling berpindah. Dan akhirnya rakyat bisa membandingkannya. Sebuah gagasan konyol untuk menyongsong Indonesia yang semakin abu-abu.

Harapan pasti tetap ada, semoga pemimpin tertinggi yang terpilih pada tanggal 9 Juli nanti adalah pemimpin yang dapat menjadi figur pemersatu bangsa, jujur, amanah, tegas, mampu menjaga ke-bhinneka-an dan kearifan lokal, mampu menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, mampu mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta kebal dari “racun” kelompok-kelompok di belakangnya dan “racun” dari koalisinya.


Selamat berpesta demokrasi untuk bangsa Indonesia, semoga Indonesia tidak pecah menjadi 17 negara bagian di tahun 2015. Tulisan ini hanyalah sekedar corat-coret dan mohon untuk tidak ditanggapi serius.