Mungkin tidak banyak yang
menyadari betapa uniknya sebuah pohon di suatu kota besar yang sangat ramai. Pohon
layaknya seorang ibu yang menjadi tempat keluh kesah orang-orang yang capek dan
lelah setelah mengadu nasib di kala siang hari, lihatlah banyak dari mereka
yang berteduh di bawahnya sambil mengadu tentang nasib-nasibnya. Pohon juga
layaknya seorang teroris bagi kehidupan kota besar, karena sewaktu-waktu akan
mengancam mewahnya kehidupan orang-orang kota, lihatlah ketika pohon ambruk
menimpa sebuah mobil mewah. Pohon juga layaknya seorang rakyat kecil yang
siap-siap digusur bahkan dimatikan hak hidupnya kala kebutuhan kota sedang
tidak membutuhkan kehadiran pohon, tetapi membutuhkan tembok-tembok beton. Pohon
juga layaknya papan reklame gratis, yang setiap saat bisa ditempeli papan-papan
iklan.
Untunglah mereka, pohon, tidak
atau memang belum dapat berbicara, protes, dan bahkan melakukan gerakan people power kepada manusia kota. Mereka
hanya sambat dan prihatin, betapa
munafiknya makhluk yang namanya manusia kota. Mereka, manusia kota, menganggap
pohon hanyalah “perusak” sebuah rencana pembangunan kota besar, tetapi di sisi
lain, mereka sering berbondong-bondong menikmati keteduhan pepohonan di kala
bebas aktivitas kantor. Tidak sedikit pohon di kota besar yang “diculik” dan
dihilangkan hak hidupnya hanya untuk sebuah pembangunan fisik kota, yang
menurut pribadi ini merupakan pembangunan yang absurd.
“Apa salahnya sebuah pohon di
kota besar?”, mereka hidup bukan untuk mereka sendiri, melainkan hidup untuk
mendukung kehidupan makhluk lain. Jika akar-akar mereka merusak trotoar atau
aspal, itu bukan salah mereka, karena mereka membutuhkan sedikit kemauan
manusia untuk berbagi dengan mereka. Apa salahnya jika pembangunan trotoar dan
aspal tersebut disesuaikan dengan fisik sebuah pohon yang ada di sana. Mereka,
pohon, tidak meminta-minta untuk hidup. Mereka contoh makhluk yang kreatif yang
ada di bumi ini. Mereka menghasilkan suatu karya besar dari bahan-bahan mentah
yang selama ini belum banyak dipikirkan manusia. Bisa dibilang, mereka
berprinsip, hidup untuk berkarya.
Lihatlah banyak makhluk-makhluk
lemah lainnya yang berlindung di dalam rapuhnya pohon di sebuah kota besar. Katakanlah,
misalnya satwa, mungkin ada beberapa satwa yang mulai terancam kepunahannya di
dalam sebuah pohon di kota besar. Sungguh manfaat mereka, pohon, adalah sangat
besar bagi kehidupan manusia, entah itu di kota atau di desa. Keteduhan dan
udara yang bersih, adalah karya dari makhluk yang namanya pohon. Lantas,
mengapa banyak dari kita yang tidak menyukai kehidupan sebuah pohon?, apakah
kita sudah tidak membutuhkan oksigen lagi untuk bernapas?, dan apakah
keteduhan-keteduhan alami sudah tergantikan oleh adanya air conditioner?
Pembangunan fisik sebuah kota
besar yang selama ini tidak ramah lingkungan hidup sudah seharusnya diubah. Namun,
yang utama harus dilakukan perubahan adalah sikap dari semua masyarakat dalam
memandang sebuah pohon. Pohon adalah makhluk yang juga harus kita hargai
keberadaannya di tengah-tengah kehidupan kita. Pohon adalah makhluk hidup
seperti kita yang mempunyai hak hidup. Apabila banyak masyarakat yang bersikap “baik”
kepada pohon, maka tidaklah sulit suatu kebijakan yang pro terhadap lingkungan
hidup akan tercipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar