Negeri jembatan yang seharusnya dibangun dengan pondasi naturalis diubah menjadi negeri yang berdasar materialis, akhirnya uang dan harta yang berbicara daripada kehalusan dan keramahtamahan budi pekerti serta kearifan lokal. Fenomena yang sudah menjadi santapan tiap hari, bahkan baru beberapa masa, apa-apa yang hijau telah menjelma menjadi ikon modern materialis, tak ada lagi keriuhan gesekan dedaunan hijau muda, semuanya dan hampir semuanya berganti menjadi keramaian suara sepatu-sepatu mewah yang beradu dengan marmer.
Ah, inilah hidup. Kala ini, ingatan itu tiba-tiba menyeruak menjejali isi tempurung kepala yang tak bervolume besar. Sebuah ingatan akan keriuhan pycnonotus, dicaeum, orthotomus, psittacula, dkk, ataupun spilornis. Mereka selalu hinggap dan bercericit dalam ingatan setiap akhir pekan, mendobrak imaji akhir pekan untuk berbuat lebih. Lama tak berjumpa, apakah mereka masih dipelihara untaian tanah negeri ini, semoga saja mereka masih hinggap dan berceloteh riang diantara dahan-dahan di suatu tempat sana. Lama tak bersua, semoga kedua mata ini berjumpa dengan keindahan dan kesahajaan kalian. Sebuah keinginan sungguh telah jejal-menjejal memenuhi ruangan kosong dalam tempurung kepala, keinginan untuk bersua kembali sebelum mata terpejam dalam tidur siang, tidur malam, ataupun tidur pulas selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar