Kamis, 10 November 2011

Antara Indonesia, ASEAN, Komunitas ASEAN, dan Masyarakat

Tahun 2011 menjadi tahun yang amat penting bagi Indonesia di dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. Sejak awal tahun ini, secara bergilir, Indonesia menjadi ketua ASEAN atau lebih tepatnya Indonesia menjadi pemimpin perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut. Tema yang diusung oleh pemerintah pun bukan main-main, tema "ASEAN community in a global community of nations". Sebuah tema yang besar dan berarti untuk kemajuan bangsa-bangsa Asia Tenggara, sebuah komunitas bangsa-bangsa Asia Tenggara. Logonya pun rupanya menyimpan beragam makna, entahlah, sebuah gunungan wayang. Apabila ditilik dalam sebuah pertunjukan wayang, gunungan mempunyai beranekaragam makna, baik makna yang tersurat maupun tersirat. Terlepas dari hal tersebut, salah satu makna dari gunungan tersebut adalah yang mengawali dan mengakhiri, serta gunungan menggambarkan bervariasinya sifat-sifat kehidupan manusia. Dari logo yang diusung pemerintah Indonesia tersebut, semoga saja Indonesia
menjadi negara yang sangat berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, mengawali dan mengakhiri, namun tahun ini bukanlah akhir dari ASEAN. Tak hanya itu, Indonesia adalah gambaran masyarakat budaya Asia Tenggara.
Kepemimpinan Indonesia untuk ASEAN diharapkan dapat meningkatkan kemajuan masyarakat rakyat bangsa-bangsa ASEAN. Kemajuan harus dirasakan dalam tingkatan masyarakat, bukan tingkatan elite. Saat ini, sampai detik tulisan ini dibuat, nampaknya Indonesia terlihat berhasil dalam penyelenggaraan pertemuan-pertemuan elite ASEAN yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Kesuksesan tersebut memang membawa dampak yang besar bagi negara Indonesia, tetapi rasanya hanya masih dalam tataran membangun image.
Apalagi di bulan November ini, Indonesia dipercaya menjadi penyelenggara SEA Games ke-26, tepatnya di Jakarta dan Palembang. Nampaknya lengkap sudah arti sebuah kepemimpinan dimana semua aktivitas di kawasan Asia Tenggara terpusat di Indonesia. Terlepas dari hal tersebut, apakah pemerintah hanya ingin membangun citra ataukah membangun masyarakat ASEAN dengan hati, belum bisa terjawab. Nama ASEAN juga nampaknya belum begitu familiar di telinga masyarakat yang menjadi masyarakat negara pemimpin ASEAN, sehingga kepemimpinan tersebut rasa-rasanya belum menyentuh "hati" masyarakat rakyat. Jika dirunut, Indonesia dalam momen ini harus berani mengangkat isu komunitas ASEAN tahun 2015. Komunitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai masyarakat, maka tak bisa disepelekan peran masyarakat dalam terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 nanti. Sudah sepatutnya pemerintah selaku pemegang legal kepemimpinan ASEAN mengedepankan peran serta masyarakat-rakyat
Indonesia dan Asia Tenggara, sehingga tercipta interaksi yang lebih solid untuk mewujudkan ASEAN Community.
Rasa-rasanya komunitas ASEAN harus dipupuk dari dasar unity in diversity. ASEAN mempunyai keanekaragaman kehidupan sosial-budaya-lingkungan yang tidak dipunyai oleh kawasan lain di belahan bumi manapun. Inilah yang harus digali oleh Indonesia sebagai pemimpin yang tinggal kurang dari dua bulan, lantaran Indonesia adalah cerminan masyarakat Asia Tenggara, dan Indonesia sudah sejak lama mempunyai pengalaman menyatukan keanekaragaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar