Rabu, 14 Desember 2011

Sebuah Pesan Save Our Wildlife dari Pinggiran Jakarta

"Dok, bisa menangani monyet ga?", tanya seorang pemilik seekor monyet
ekor panjang di depan pintu masuk sebuah klinik hewan.

"Saya coba ya bu, silakan bu!"

Ibu pemilik monyet tersebut terlihat mengeluarkan seekor monyet ekor
panjang dengan kondisi kepayahan dari dalam sebuah tas. Serta-merta
ibu tersebut menyebutkan namanya, "Nyet namanya dok". Sekilas terlihat
bahwa monyet ekor panjang tersebut masih berusia muda, kira-kira
berumur enam bulan-an.

"Kalau boleh tahu keluhan si Nyet apa ya bu?"

"Begini dok, sejak kemarin si Nyet kok batuk-batuk, napasnya kelihatan
sesak dan nafsu makannya langsung menurun, lemas juga dok."

"Saya periksa dulu ya bu, o ya, kalau boleh tahu apakah di rumah ada
yang lain selain si Nyet?"

"Ada tiga ekor lagi dok, tapi yang lemas cuma si Nyet."

-------------------

"Begini ya bu, kalau kondisinya seperti ini, saya takutnya si Nyet
terserang tuberculosis, dan penyakit ini bisa menular ke manusia."

"Terus saya harus bagaimana ya dok?, di rumah ada anak kecil juga."

"Sebaiknya ibu periksakan ke rumah sakit hewan untuk memastikan
kemungkinan tuberculosis, dan satu hal lagi bu, si Nyet-Nyet kan
termasuk satwa liar jadi sebaiknya ibu tidak memelihara satwa liar
lagi, karena ada resiko penularan penyakit ke manusia."

"Terus bagaimana ya dok?"

"Kalau mau, ibu bisa menghubungi Pusat Penyelamatan Satwa yang
terdekat, nanti saya carikan alamatnya."

----------------

Sebuah obrolan di siang hari antara pemilik satwa liar di sebuah
klinik hewan di pinggiran Jakarta yang menggambarkan betapa masyarakat
kota besar masih menganggap satwa liar sebagai pet animal. Satwa liar
menurut mereka, telah disamakan dengan hewan-hewan kesayangan domestik
lainnya, entah alasan apa yang mendasarinya, beberapa mengatakan bahwa
mereka sayang terhadap satwa liar. Inilah anggapan yang harus
diluruskan, sayang terhadap satwa liar bukanlah berarti memeliharanya
dalam sangkar atau dirantai. Sayang terhadap hewan adalah memberikan
hak hewan dalam prinsip animal welfare. Terdapat perbedaan antara
kesejahteraan hewan domestik dan satwa liar. Jelas, satwa liar dalam
kodratnya tidak diperuntukkan untuk dielus atau disangkarkan seperti
anjing atau kucing, mereka akan merasa bahagia jika dibiarkan dan
dijaga kelesetariannya di habitatnya. Jadi sayang terhadap satwa liar
harus ditunjukkan dengan menjaga kelestariannya. Selain itu, beberapa
zoonosis telah dilaporkan terdapat pada satwa liar, jadi semakin dekat
jarak manusia dengan satwa liar, maka kemungkinan penyakit baru akan
muncul lebih besar, bahkan bisa menjadi wabah dan juga pandemi. Contoh
saja SARS dan flu burung yang telah menggemparkan dunia internasional.

Sudah saatnya berkata "Stop Memelihara dan Memperdagangkan Satwa
Liar", serta saatnya berujar "Lestarikan Satwa Liar beserta Habitatnya
Mulai Sekarang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar