Kamis, 29 Desember 2011

Suara Untuk Keanekaragaman Hayati

Indonesia di mata dunia dikenal sebagai megabiodiversity country,
lantaran Indonesia merupakan negara yang menjadi tempat
terkonsentrasinya keanekaragaman hayati dunia. Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terletak dalam lintasan distribusi
keanekaragaman hayati benua Asia (Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
pulau-pulau disekitarnya), benua Australia (Papua dan pulau-pulau
disekitarnya) dan wilayah peralihan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan
Nusa Tenggara) sehingga Indonesia dikatakan sebagai salah satu kawasan
pusat keragaman hayati yang terkaya di dunia. Indonesia mempunyai
25.000 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia),
515 spesies mamalia (12% dari jumlah mamalia di dunia), 1500 spesies
burung, 600 spesies reptilia dan 270 spesies amfibi.

Selain itu, adanya keanekaragaman hayati yang berlimpah juga telah
memberi warna tersendiri bagi perkembangan budaya di seluruh
Nusantara, dimana budaya-budaya yang hidup dan tumbuh telah melukiskan
dengan baik keadaan alam Nusantara yang begitu luar biasa. Indonesia,
sebuah negara dan wilayah yang merupakan salah satu contoh terbaik
dari kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati. Negara-negara lain
ataupun kawasan-kawasan lain juga tak kalah menariknya dengan
Indonesia diantaranya adalah kawasan Asia Tenggara yang lain, India,
Afrika dan kawasan Amerika Latin, wilayah-wilayah tersebut telah
memberi corak kehidupan bagi planet bumi. Keadaan ini tampaknya lebih
disebabkan oleh kawasan-kawasan tersebut mempunyai iklim yang sama
yaitu tropis dan sebagian kecil subtropis, dimana daerah tropis adalah
daerah yang mempunyai kekayaan hayati tebesar dan sebagai penopang
kehidupan semua makhluk hidup di planet bumi. Kawasan tropis identik
dengan hutan rimba yang lebat, fauna-fauna yang eksotik, wilayah yang
hangat sepanjang tahun, pemandangan alam yang menakjubkan dan budaya
yang menawan.

Akhir-akhir ini, isu lingkungan terbesar adalah hilangnya
keanekaragaman hayati, terutama di negara-negara tropis yang mempunyai
keanekaragaman hayati terbesar. Kerusakan dan hilangnya keanekaragaman
hayati sudah mencapai tingkat yang membahayakan dengan perkiraan
apabila penebangan hutan terjadi terus menerus maka sekitar 5 – 10 %
spesies yang ada di dunia akan punah setiap sepuluh sampai 30 tahun
mendatang. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan
keanekaragaman hayati di Indonesia dan dunia, yaitu adanya pembalakan
liar, pembangunan besar-besaran/mega proyek seperti pembuatan jalan
raya atau pemukiman yang menembus hutan ataupun kawasan konservasi,
pembangunan bendungan/waduk secara besar-besaran yang mengambil
sebagian atau seluruh kawasan konservasi dan kegiatan pertambangan di
kawasan konservasi, serta adanya perkebunan yang menggantikan
heterogenitas tanaman hutan.
Selain itu, penyebab kerusakan keanekaragaman hayati yang tak kalah
hebatnya adalah kepentingan ekonomi dimana terjadi peningkatan
kegiatan industri yang selama ini cenderung tidak ramah lingkungan.
Selama ini, tampaknya mayoritas kegiatan ekonomi yang telah terjadi di
Indonesia dan juga dunia adalah kegiatan ekonomi yang hanya mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya dengan cara eksploitasi alam dan
lingkungan melalui peningkatan industrialisasi yang masif, tidak ramah
lingkungan, kehidupan sosial dan budaya. Dengan hadirnya kemajuan
"teknologi" untuk mendukung kegiatan ekonomi negara, maka eksploitasi
alam pun semakin meningkat misalnya adalah upaya untuk menggantikan
keanekaragaman menjadi keseragaman dan monokultur pada sektor
kehutanan, perikanan, pertanian dan peternakan. Misalnya adalah
melalui penerapan revolusi hijau dalam bidang pertanian, revolusi
putih dalam bidang perusahaan peternakan (perusahaan susu) dan
revolusi biru dalam bidang perikanan.

Kerusakan sumberdaya hayati di planet bumi yang telah ditunjukkan
terutama negara-negara di kawasan tropis, terutama Indonesia akan
terus berlanjut apabila belum ada kesadaran dari semua pihak, baik
masyarakat, pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan pelaku industri.
Untuk menghentikan kerusakan alam ini setidaknya diperlukan semangat
individu-individu yang punya idealisme tinggi untuk menyelamatkan alam
atau dalam kata lain diperlukan suara-suara baru yang menyuarakan
ketidakadilan dan ketidakpedulian sebagian besar umat manusia terhadap
planet bumi.

Apabila populasi masyarakat bumi saat ini semakin meningkat, maka tak
diragukan lagi bahwa laju kerusakan alam dan sumberdaya hayati bumi
akan meningkat pula dengan tajam, karena kecenderungan manusia yang
selalu berpikian materi tanpa berpikiran koservasi. Kondisi seperti
ini haruslah diimbangi dengan munculnya individu-individu yang berani
"bersuara" untuk planet bumi. Menyuarakan saja kadang tidak cukup
berdampak, lantaran wajah planet bumi yang sudah semakin parah, maka
diperlukan suatu langkah "lain" untuk merubah kondisi seperti ini,
salah satu cara yang mungkin bisa diterapkan adalah dengan melakukan
kajian atau riset yang mendalam tentang keanekaragaman hayati,
kekayaan alam, dampak perilaku manusia terhadap alam dan lingkungan,
serta memberikan pemahaman kepada masyarakat umum atau peningkatan
public awarenes mengenai alam, lingkungan dan keanekaragaman hayati,
dan juga edukasi. Kajian seperti ini tampaknya tidak hanya menjadi
ranah ilmuwan dalam lembaga riset, tetapi sangat bisa dilakukan oleh
setiap individu yang punya kepedulian.

Dengan riset atau kajian, tampaknya akan mudah diperoleh kebenaran
yang mungkin bisa digunakan untuk membantu pemerintah dalam merubah
dan atau membuat kebijakan mengenai alam, keanekaragaman hayati,
lingkungan, dan sosial-budaya. Sedangkan edukasi dan peningkatan
public awareness lebih bertujuan untuk menata hati masyarakat dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam kelestarian keanekaragaman
hayati, yang selama ini hidup bersinggungan dengan alam dan
lingkungan, langsung atau tidak langsung. Apabila hal ini dilakukan,
maka masa depan planet bumi akan lebih baik. Kita harus selalu
berpikiran bahwa kekayaan alam yang ada di planet bumi ini adalah
titipan untuk generasi masa depan, bukanlah warisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar